Kamis, 09 Oktober 2008

Renungan nurani

Kebanggaan sesaat
Ketika kuterhanyut dalam belaian sepi menangisku dalam derap keramaian mereka melihatku tertawa seakan mereka bisa mengartikan perasaanku. Tersenyum aku memandang pengertian dan perhatian mereka padaku. Salah besar wahai jasad-jasad kosong. Aku demikian rumit untuk sekedar dimengerti denagn seulas senyum sebersit tatapan dan sekilas perasaan. Itu bukan jasadku penentunya tapi jiwaku yang mengendalikannya.
Bukan maksud kumenertawakan jasad kosong lain, aku hanya ingin tersenyum. Kubenci keadaan hampa ini tapi kusuka kerinduan ini. Kerinduanku pada Cinta-Nya. Mereka memarahiku karena aku terlalu dingin atas pujian yang mereka sanjungkan. Sungguh bingung kuhadapi untai tawa mereka hanya kuanggap hadiah dari kebaikan dan kasih saying-Nya. Bukan maksud kumerendahkan kalian tapi bagi-Nya apalah arti duniawi ini hanya kebanggaan sesaat.

Manusia Cinta
Sufi hanya menuntut penyatuan diri pada saat kita memutuskan mencintai saat kita sedang syahdu bersama Sang Tercinta dalam ibadah bila kita tidak dalam kondisi ibadah pada-Nya tapi bersama manusia lain bukan berarti kita melupakan Sang Tercinta tapi berkumpul bersama manusia-manusia baik adalah suatu ibadah pula. Sufi tidak konservatif, sufi tidak terlalu menyendiri tapi dia adalah cinta. Ada saatnya kita menyatu bersama-Nya.
Ada saatnya kita mengingat-Nya meski kita bersama manusia lain. Sebagai manusia bijaksana yang memang mencintai-Nya kita bisa membedakan dimana letak kondisi terbaik untuk itulah aku memutuskan memilih jalan ini karena aku harus tahu batas. Sufi adalah jalan cinta utama yang tiada duanya. Sufi mengajari aku untuk menyayangi sesamaku …

Aliran waktu
Aku merasakan diriku yang kering hampa tanpa cinta. Cinta dari manusia lain jasad kosong yang terkadang aku rindu ketika sedang sedih dan bingung karena seorang pria yang nyaris membuat keyakinanku goyah. Sang Maha Pemilik Cinta memberiku hadiah yang dipinjamkan untukku diamksudkan mungkin agar aku bisa melupakan dia.
Hadiah itu berupa senyum dan canda dari seorang pria ramah. Aku lambat laun melupakan si pertama aku mulai tersenyum bahagia tapi pada saatnya hadiah itu akan di kembalikan ke posisinya semula. Dia dikembalikan ke kelompoknya dan aku pada kelompokku hakekatku sebenarnya. Aku sebagai manusia tak boleh protes dan menyangkalnya karena apa dayaku aku hanyalah seorang manusia yang tak bisa apa-apa. Aku merasa senang disadarkan disayang dan dimarahi oleh-Nya.
Tahukah bahwa jika aku masih dimarahi-Nya pertanda aku masih disayang, dipedulikan dan tidak dibiarkan. Aku sudah sangat senang. Aku mendapat pengajaran sebagus ini dari-Nya. Dia menunjuki aku jalan dengan cara-Nya sendiri meski terkadang aku bingung. Aku coba untuk mengerti apa kehendak-Nya aas diriku denagn kata lain aku tak boleh menentang, menyangkal, membantah apapun yang dibebankan-Nya atas hidupku perkara baik atau buruk aku hanya boleh menjalaninya mengikuti arus waktu. Kemanakah aku dibawa oleh aliran waktu yang diperintah-Nya?

Ada 3 hal penting
Ketika aku berhenti menginginkan sesuat, berhenti mengejarnya dan mencarinya tiba-tiba segala yang kuingin dating padaku, segala yang lebih baik mendekat padaku. Bukan berarti aku berhenti berusaha dan pasrah saja pada nasibku tapi aku mencoba melakukan apa yang aku sanggup lakukan saat ini tanpa terus berkhayal dan menangis.
Aku berdoa – berjuang dan mempercayai. Aku melakukan apa yang aku bisa tetapi kapankah aku berhenti menginginkan sesuatu terkadang aku terlalu takut menikmati sebuah kebahagiaan karena aku begitu akrab dengan kebimbangan. Aku selalu mencurigai kebaikan seakan aku akan membayarnya dengan mahal atas kebaikan itu. Kebaikan yang diberikan orang lain tanpa pamrih padaku.
2-6-2002

Soal ujian
Dalam memberikan semacam ujian kepada manusia Allah swt senantiasa menyesuaikannya dengan kemampuan dan kemauan manusia itu dalam menghadapi ujian. Terkadang sebelum mendapat ujian berat Allah member contoh ujian sebelum member ujian sebenarnya, karena ujian itu seperti soal yang diberikan seorang guru. Guru itu selalu melihat dulu kemampuan muridnya sebelum member soal jadi jangan salahkan gurunya jika sebagai murid kau mebdapat soal berat karena mungkin kau sendiri yang minta.
Allah memberi seperti apa yang diminta oleh manusia. Seperti apabila kita disodorkan banyak pilihan tentang bobot soal. Bobot soal I missal tingkatnya rendah dan kita memilihnya tentu saja ujian yang kita dapat ringan dan mudah. Sama seperti impian manusia jika hanya sederhana maka ujiannya sederhana saja tapi jika bobot soalnya II atau III (terberat), maka kau akan mandapat impianmu yang tinggi itu meski bayarannya akan sangat mahal ujiannya akan sangat beragam dan berat. Dan kau harus siap mempertaruhkan segalanya seperti halnya dalam mencintai Allah swt kau akan terus ditanya dan ditanya apa benar kau mencintai-Nya … Sanggupkah kau melalui jalan yang berat? Sejauh apa rasa cintamu pada-Nya? Akan dibuktikan disini manusia macam apakah kau ini?

Pemberian-Nya
Kapan lalu kucurigai pemberian-Nya pada manusia lain. Kenapa padahal orang itu tidak berusaha tapi begitu mudah ia mendapat keinginannya ia tak pernah bersujud atau menganggap-Mu ada, ia tak mencintai-Mu, ia bukan orang baik, ia terpesona duniawi dan hanyut di dalamnya tapi kenapa ia sukses. Sedang manusia satunya yang terus berusaha tapi sulit mendapat keinginannya. Kenapa ia mendapat begitu banyak tekanan, cobaan dan ujian padahal ia begitu mencintai-Mu, bersujud tanpa mengenal waktu, baik pada manusia lain tapi kenapa ia begitu sengsara.
Apa arti semua ini? Mana yang lebih Kau sayangi dari keduanya, manusia pertama atau manusia kedua? Setelah sekian lama akhirnya kutemukan jawabnya. Manusia pertama mungkin manusia yang hanya Kau beri tapi tak Kau peduli. Manusia kedua adalah manusia yang Kau sayang dan kelak Kau kasih. Apa itu ujian karena manusia kedua itu Kau perhatikan? Kau marahi mereka karena mereka malakukan kesalahan. Kau beri mereka petunjuk jika mereka tersesat. Kau beri cobaan agar mereka merenung dan bersaksi.
Kau beri mereka ujian agar mereka berpikir dan memperbaiki. Untuk mengetahui kadar cinta mereka pada-Mu. Sejak itu tak lagi kucemburui keberuntungan mereka. Tak kuanggap itu sebuah bahagia mungkin semua itu ada maknanya. Kehendak-Mu pasti tak akan sama dengan kehendakku. Kini yang kutahu hanya berdoa , berjuang dan percaya pada-Mu. Tak ingin kucurigai apapun yang Kau berikan padaku. Semua yang Kau berikan padaku adalah baik dan mempunyai maksud baik. Tak ada yang buruk satupun ...

Sebuah keberanian
Kini aku benar-benar paham arti sebuah keberanian. Aku bisa mengatasi rasa ketakutan dalam pikiranku sendiri. Segala ketakutan hanya diciptakan oleh diri kita sendiri. Hati mempengaruhi pikiran agar ketakutan menghadapi hidup. Nyaris aku terjebak oleh buainya, nyaris saja aku gagal dalam menjawab ujian gara-gara hati dan pikiran yang tak sejalan. Nyaris saja pikiranku terbimbing demi rasa takut kehilangan jasad tampan seorang pria.
Kini aku benar-benar tidak takut untuk kehilangan. Insyaallah, karena aku bisa berhenti menginginkan sesuatu kini … Ketika jiwaku kosong aku benar-benar berada dalam keadaan seimbang dan Dia … mengisi jiwaku dengan keinginan-Nya. Aku tak takut pada dunia lagi. Aku juga tak lagi ingin lari dari dunia dan menyendiri tapi aku siap menghadapi dunia untuk menghadapi hal-hal yang tak diinginkan demi menghindari hal-hal yang diinginkan.
Aku pun kembali pada-Nya menikmati kesyahduan menyatu bersama-Nya dalam untaian ibadah. Aku kembali tak takut untuk kehilangan. Dalam pemikiranku jikalau dia jodohku sebagai teman, saudara atau suami dia pasti tak akan lari dariku. Dan Dia akan mendekatkan aku dengan dia tapi jika bukan jodohku. Dia akan mencarikan pengganti yang lebih baik dari dia. Apapun juga di dunia ini semuanya sudah diatur oleh tangan-Nya. Apapun kehendak-Nya atas diriku aku berterimakasih pada-Nya. Aku mencintai-Nya dan beriman pada-Nya. Tanpa Dia tak aka nada cinta. Aku tak pernah merasa sendiri karena ada Cinta-Nya.

Tidak ada komentar: