Jumat, 10 Oktober 2008

DON’T READ

Faqir
Aku dilahirkan ke dunia dengan mengadakan perjanjian dengan-Nya pada 6 Juli sekarang sudah 20 tahun lebih aku hidup di dunia tapi aku ttap merasa faqir, miskin dan menagalmi kerugian. Aku faqir dan bodoh sejak kecil aku di ajari untuk mengucap syahadat, kalimat persaksian. Aku bisa mengucapkannya dan mengetahui arti terejmahnya,
“ Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. “
Aku menjalani hidup, beribadah sepanjang hidupku, berpuasa, sholat dan membaca Al-Qur’an tapi aku tetap tak mengerti makna hakikat itu semua. Semua persaksian yang diucap di mulutku. Setelah 20 tahun aku berpikir apa jadinya aku jika tak dilahirkan dalamkeluarga muslim? Apa setelah 17 tahun aku akan bisa menjadi mukmin? Itu terus menjadi bahan renungan dan peikiranku sampai hanya satu yang coba kupahami. Satu kata dan aku menangisi kebodohanku yaitu Allah.
Ya Allah apa jadinya jika Engkau tidak member kemurahan dan petunjuk pada hamba? Bisa-bisa hamba tidak mengenal-Mu jika kesadaran ini terlambat. Apa jadinya jika mengucap satu nama keindahan Allah swt tanpa tahu makna keesaan-Nya. Segala hal tanpa pengetahuan adalah kosong. Jika beribadah hanya sebagai syariah tanpa pengetahuan hanya menimbulkan fanatisme kosong.
Keseimbangan antara hukum dan pengalaman, antara pengetahuan dan tindakan, antara praktek dan teori. Apa jadinya jika kita hanya pintar berteori tanpa bisa praktek? Jika beribadah hanya mengejar aspek formal lahiriah tanpa mendalami makna ruhaniyah. Apa jadinya jika kita mengerti syariah tanpa mengenal akhlak yang mulia, hanya akan melahirkan serangkaian penipuan. Orang-orang yang merasa telah memegang kuat syariah kadang hanya sekedar tahu sepenggal nikmat.
Apa jadinya jika kita jadi orang yang cepat puas saat beribadah? Amatiran saja! Cepat berbangga atas sedikit pencapaian diri, itu sifat pecundang, merasa diri lebih tinggi dari orang lain. Sebuah kesombongan terselubung padahal dosa pertama, dedengkot dosa adalah sombong. Iblis diusir dari surge karena sombong. 20 tahun hidupku tapi aku tetap merasa faqir. Aku tetap merasa haus dan dahaga. Maaf ya Allah!
Aku sering berpikir tentang John Walker Lindh seorang muslim-mukmin Amerika Serikat. Kok bisa?! Saat usia 16 tahun ia masuk Islam setelah pada usia 13 tahun melihat situs Islam di internet. Dia sendirian sebagai mukmin ditengah Negara yang bobrok moralnya. Aku tak habis piker --- dinalar pun tak bisa. Usianya setahun diatasku --- 21 tahun. Baru 5 tahun ia memeluk Islam tapi dia sudah bisa mendalami Islam secara luar biasa melampaui syariah dan tarekah --- tanpa hidayah-Nya tak akan bisa. Ia hapal Al-Qur’an 11 juz! Memang hidayah dan keimanan bukan sesuatu yang bisa dinalar tapi apa yang dicapainya membuatku malu.
Aku iri dan cemburu padanya. Aku yang sejak kecil diajarkan Islam tapi --- tetap tak mengerti tapi dia mengenal Islam baru 5 tahun, sudah demikian luar biasa. Aku iri, aku merasa ditampar oelh senyumnya saat ia tampil dalam borgolan polisi Amerika Serkat pada 10 September 2002 lalu --- di TV. Kok bisa?! Aku merasa tolol padahal aku lebih dulu memeluk Islam --- 20 tahun lamanya tapi dia …
Oh --- Ya Allah … apa artinya?! Alangkah faqir hamba-Mu ini …
19-2-2003

Puisiku tidak etis
Kapan lalu kusalahkan banyak karyaku --- puisi biasa tidak berbobot tidak bisa dikirim untuk cari uang. Kata siapa seni bisa untuk cari uang? Seni untuk kebebasan berpikir. Aku merasa bebas, bebas dan bebas begitu aku menulis puisi dan cerita sepertinya aku manusia tanpa ikatan. Aku bisa pergi ke Italia, Prancis, New York, Kairo. Aku bisa tampil dalam banyak karakter. Aku tak peduli apapun yang mereka katakana. Aku menulis hanya untuk mencari penegasan diri untuk kebebasan diri meski banyak orang menertawakan tapi aku tak peduli.
Aku ingin menjadi orang hippies yang bebas dan tanpa beban. Menjadi diri sendiri tak mau diurus orang sok tahu tentang hidup. Aku ingin menjadi sosok merdeka yang anti kemapanan, anti hidup glamor. Hanya menjadi seorang bebas yang menyukai seni menulis. Tak muluk-muluk jadi orang, tak usah kaya jadi orang tapi bisa keliling dunia. Sosok bebas yang coba menampilkan cara hidup bebas yang hakiki. Hidup dengan cinta hakiki meski semua orang disekekliling rusak moral dan hati tapi dia tetap tegar sebagai pusat (center) pemahaman. Ia seakan menjadi sosok terabaikan dan terlupakan diremehkan tapi penting.
Dunia sekelilingnya hancur jika tanpa dia. Dia hanya mengisi dengan kesederhanaan tawa senyum sedikit omongan nggak level tapi berbobot. Hanya harapan dari puisiku tidak etis lagi. Hanya kata ringan tanpa maksud meringankan maknanya. Orang-orang di sekitarku kadang merasa diri terikat oleh rutinitas dan target. Mereka demikian keras berpikir kalau penghidupan mereka jelek, kalau atasan marah, kalau ga bisa menyenangkan keluarga, kalau ini jelek, kalau itu jelek, kalau begini-begitu … kalau ---
Mereka terus terjebak pusaran membosankan tanpa pernah mencoba membebaskan diri dengan tertawa bersama orang lain tanpa pernah meluang waktu untuk hobi, berhenti sejenak dari rutinitas berusaha menyenangkan orang lain saja. Ya, mereka harusnya mengisi waktu luang dengan ibadah kesendirian --- sesuatu yang telah ehilangan makna penting saat ini, yang kadang tak mereka pahami hakikatnya. Apa sebenarnya arti ibadah, arti belajar, arti kaya dan miskin.
Mereka selama ini terus mengisi hidup mudah mereka dengan rutinitas dan target kosong yang demikain sulit. Kalau dagang untuk cari uang sebaiknya lakukan saja dengan benar jangan setengah-setengah, jadinya konyol ketika belum tahu bagaimana dagang tapi sudah sombong. Aku selalu dikatakan tolol gara-gara keanehan puisi-puisiku. Sok tahu sekali mereka. Mereka itu yang tidak etis. Aku kadang merasa sangat ingin tertawa atas sedikit hal yang menjadi kebanggaan mereka. Inilah sosok baru perbudakan dan penjajahan.
Cara memenuhi target dengan memakai berbagai cara meski menghancurkan orang lain sering ditempuh banyak orang untuk meluluskan niatnya. Seakan mereka takut tak akan kebagian jatah hidup layak padahal tiap manusia sudah memiliki rejekinya sendiri-sendiri. Bagi para mahasiswa, pelajar atau orang-orang awam kenapa mesti takut kerja apa selepas menempuh pendidikan? Memang kita hidup sendirian di dunia ini? Kita memang lebih banyak sendiri daripada bersama orang lain, ke kamar mandi saja sendiri.
Kan, ada Allah swt yang tak akan membiarkan hamba-Nya sendiri. Manusia itu terlalu ketakutan oleh bayangannya sendiri kalau kerja usaha ya berusahalah terus tapi ga usah jadi stress, gila, akut, sekarat hanya karena target tidak dipenuhi. Pasti akan ada jalan kan banyak jalan menuju Roma? Puisi ini memang bukan puisi hanya sebuah ungkap kekonyolan tentang diriku sendiri yang lebih banyak konyolnya daripada seriusnya. Aku senang hidup ala hippie anti kemapanan tidak kaya tapi bisa keliling dunia dan utamanya masih muda sudah bisa naik haji. Harapan hanya harapan.
23-2-2003

Damai abadi
Dunia sedang gonjang-ganjing dua bulan terakhir sejak peristiwa maraknya pengiriman pasukan AS ke Iraq untuk menyerang Saddam Husein. Dasar George Bush! Aku aku berhenti dan merenung. Eh, dunia Iraq lagi kacau dan lebih mengerikan apa yang dihadapi rakyat Iraq dan John Walker Lindh daripada masalahku. Aku ga habis piker apa maunya George Bush atas tanah Iraq. Negara besar mau menyerang Negara sekecil dan semiskin Iraq?!
Sebagai muslim jangan tuduh aku radikal, fanatic, kolot, konyol, munafik --- atas kepedulian dan perhatianku pada Iraq, Palestina, Pakistan, Chehzya, John Walker Lindh, Ossama bin Laden tapi anggap saja sebagai bentuk persaudaraan. Tak usah demo-demo mendukung mereka kenapa tidak didoakan saja?! Doa juga perlu untuk mereka. Doa adalah kekuatan orang-orang muslim yang menyatukan kita semua dalam jihad yang sebenranya.
Nanti malah jika kita begitu benci pada musuh-musuh Islam. Iblis, setan dan dedengkotnya malah bisa menggunakan kebencian kita sebagai senjata mereka untuk menghancurkan Islam. Tak aku peduli pada Islam tapi aku tak benci pada Amerika dan sekutunya secara berlebihan. Aku tetap minum Coca Cola. Aku tetap sesekali makan Mc-D, aku tetap nonton film Holywood. Tapi aku bersimpati pada John Walker Lindh, Ossama bin Laden, Bosnia tapi aku gak benci berlebihan para musuh Islam itu.
Karena salah-salah benciku pada mereka membuatku lupa untuk mencintai Allah dan Rasul serta membuatku lupa berdoa. Enak saja kenapa harus membenci orang yang tak peduli dan tak tahu kita ada. Rugi. Lebih baik biar saja, doakan saja yang terbaik bagi sesame saudara seiman kita. Para musuh Islam itu suatu saat akan mati sendiri. Karena setan dan teman-temannya sedang senang cengar-cengir melihat terpecah belahnya manusia dan umat Islam.
Gara-gara membenci Amerika kita jadi lupa memerangi musuh abadi kita yaitu setan, iblis dan teman-temannya. Padahal Amerika dan sekutunya hanya bonekanya iblis tapi kita kok ;upa pada rival abadi kita yang sudah bersumpah akan menjerumuskan kita ke neraka bersamanya. Aduh, kita sebagai manusia jadi lupa tujuan utama hidup di dunia yang nggak damai abadi ini.
Begitu mudahnya dihasut. Gara-gara permusuhan denagn Amerika kita jadi terpecah belah, menjadi dua kelompok, satunya kelompok radikal dan kelompok moderat. Kelompok pertama menuduh kelompok kedua ga peduli sama agama, ga peduli pada sesame saudara seiman, hanya karena kelompok ini tak ikut memperlihatkan kepeduliannya pada nasib rakyat Iraq. Kelompok yang moderat dan memilih yang menuangkan rasa simpatinya dengan cara lain yang lebih lembut atas nasib umat Islam menuduh kelompok pertama terlalu radikal dan keras. Lantas bagaimana denagn kelompok ketiga yang sama sekali ga ambil pusing?! Mereka seharusnya perlu diberi pelajaran atas ketidakpedulian mereka.
Marah ga ada ujung ketika orang menghina kita teroris. Biar sajalah kita disebut teroris. Teroris melawan setan dan iblis di hati bukan teroris seperti Amerika yang menyerang Iraq. Teroris adalah sebutan yang kusukai, teroris bagiku berarti serangan tanpa ampun, membabi buta pada setan dan nafsu di hati. Aku ingin menjadi teroris bagi diriku sendiri. Hidup teroris!
23-2-2003

DON’T READ

John Walker Lindh
Iman tanpa syarat mungkin itu ada dalam dirinya. Dia menemukan Islam melalui hidayah-Nya yang diturunkan tanpa syarat pula padanya. Apa yang dialaminya saat dia menyatakan kesaksian keimanan pada saat ia masih 16 tahun --- Pemikiran remaja di Amerika saat seusia itu hanya berisi kesenangan semu dunia tapi dia mengisi malam-malam panjangnya dengan mempelajari Islam --- menangis sepanjang malam untuk menyadari dosa yang selama ini merasuki hidupnya. Ia kadang merasa marah atas dirinya atas lingkungannya tapi dia mencoba bersikap tenang dan bijak. Ia mulai menuntun para muslim yang sudah lebih lama memeluk Islam untuk tidak hanya menjadi amatir dalam memeluk Islam. Ia mengajar dengan senyumnya.
Gusti Allah, apa dia memang seorang unik yang lahir hanya satu di tengah satu kaum, satu wilayah --- satu kemurahan-Mu yang hadir untuk menyampaikan visi Islam di tanah terkutuk? Apa dia seorang wali jaman --- seorang mukmin saat usianya 16 tahun. Seorang pria 21 tahun yang hapal Qur’an 11 juz --- Gusti, apa dia sungguh wali jaman?! Dalam mengucap kesaksian dia tidak muluk-muluk meminta pada Tuhan. Tanpa syarat dia beriman. Tanpa syarat dia sholat, puasa dan membaca Al-Qur’an.
Percayakah aku ada seorang pria Amerika yang demikian mencintai-Nya sampai rela dipenjara 20 tahun demi mempertahankan keimanan --- Gusti, dia memang sosok unik terabaikan yang demikian penting dan mencintai-Mu dan Kau pun mencintainya. Gusti, apa arti semua itu? Kau terangi dengan cahaya-Mu orang yang Kau kehendaki dan Kau gelapkan orang yang Kau kehendaki. Kau demikian percaya padanya atas segala Cintanya pada-Mu. Baru kali ini aku benar-benar mengidola seorang pria biasa di jamanku. Seorang mukimin yang tetap akan selalu Kau jaga keimanan dan Cintanya. Kau tak ingin dia mencintai lainnya selain Kau.
Apa dia salah satu wali-Mu --- wali-Mu di tanah terkutuk. Dia sendiri melawan arus angkara kejahilan dan kemunafikan dunia di sekitarnya. Dia tetap tegar berdiri. Duh, Gusti jika ada kesempatan bisa bertemu dengannya --- hamba ingin bisa bertemu dengannya. Kau selalu menjaga dan melindunginya. Hamba percaya itu. Apa yang dia pikir saat pertama kali menyenandungkan asma-Mu, Gusti? Apa dia mengalami rahasia-rahasia yang tertuang untuk jiwa laparnya?
Apa dia hanya bisa menangis kala sujud memuja-Mu, Gusti. Tanpa syarat Gusti dia beriman hanya ingin mencintai-Mu. Hanya ingin mengenal dan bisa menyenandungkan nama indah-Mu. Tanpa perlu berlebihan hanya untuk menjadi kaya, terkenal atau menguasai ilmu-ilmu aneh-aneh. Dia seorang Amerika --- dia hidup di tempat dimana jika ia mau ia bisa mendapat semuanya. Ia memilih meninggalkan segala kekonyolan itu.
Dia mencintai Allah tidak untuk menjadi sakti mandraguna --- tapi karena ingin mencintai Allah ia pun mungkin tak memiliki rasa benci. Dia seorang Amerika yang telah bebas dan anti kemapanan. Dia mencintai Allah --- masih semuda itu tapi cintanya demikian besar pada Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang akan percaya bahwa dia seorang Amerika?!
Apa yang dilakukannya saat berada dalam heningnya malam dan menatap langit malam berbintang --- menangiskah dia saat disadarinya dosa-dosanya? Saat disadarinya alangkah indahnya sujud dan menangis semalaman merenungkan keagungan Tuhannya. Bahwa alam semesta dan isinya dicipta Tuhan dengan cinta dan bahwa dia lahir ke dunia dengan mengadakan perjanjian dengan Tuhannya untuk menjadi manusia yang berbeda dari semua manusia lain di tanah kelahirannya.
Dia lebih kuat dan lebih sendiri dari hamba tapi semangatnya dalam mencintai Allah demikian luar biasa. Demikian menggelora sampai mengguncang dunia sampai mambuat mata para politisi Amerika itu melotot tak percaya melihat senyum dan keimanannya bahwa ternyata ada sosok yang begitu tegar dan kontroversi sepertinya. Semua orang seakan terkejut atas pilihan dan hidupnya. Dia memilih mencintai Allah dengan membiarkan jasadnya terbelenggu penjara dunia tapi jiwanya bebas sebebas lantunan ayat-ayat Qur’an dari bibirnya.
23-2-2003


Dunia plastic
Terkadang dunia seperti permainan ular tangga --- ada saat bagi kita naik tangga, naik derajat setelah melempar dadu atau kita meluncur turun dari kepala ular alias turun derajat iman … mungkin hidup sendiri semacam peluang, seperti sisi mata uang yang ada gambar dan angka atau enam sisi mata dadu atau tak terhingga sisinya. Dalam permainan ular tangga itu semua orang pasti mencapai finis dengan mengantungi nilai masing-masing.
Finis adalah semcam pintu dimana semua manusia pasti membukanya karena tak mungkin manusia abadi, semua mengalami mati. Ada manusia-manusia tertentu yang tak menjalani urutan permainan, ia tak melempar dadu dan langsung terfokus menuju finis --- tanpa melewati proses tangga dan ular, merekalah para istimewa yang sudah tahu jalan-jalan dunia. Bagi manusia biasa yang tak mengikuti petunjuk semakin lama ia tak segera mencapai finis semakin banyak peluangnya untuk terus meluncur jatuh dari ular --- alias semakin banyak peluangnya menumpuk dosa.
Bagi manusia yang tahu bagaimana cara melewati dunia yang hanya cermin kias dan mimpi ini, ia bisa melalui dengan nilai tertinggi. Sesungguhnya dunia hanyalah tempat bagi manusia untuk bersenda gurau dan olok-olok belaka tapi kebanyakan dari kita tidak tahu dan terjebak pengertian kacau yang menyulitkan tentang dunia. Dunia tidaklah terlalu sulit dan rumit, ia semacam tempat belajar mencintai-Nya.
23-2-2003

DON’T READ
Aku diantara tawa dan tangis
Kiranya dukaku mulai menebar sekaerat jiwa akibat kerapuhan yang selama ini kutanam dalam gelimang asa dosaku aku terpyruk dalam rangkum senyummu dalam jerat tatapmu padaku pada diri nelangsaku mempermainkan ketegaranku untuk terus bertanya untuk terus bimbang. Aku dimana ketika mengenangmu diantara tawa dan tangis aku merasa sepi diantara takut dan berani aku merasa kosong diantara menolak dan mencarimu aku merasa membiarkan … Jalan mana yang harus kupilih saat aku kian menggila mendamba tatapmu mengharap senyummu apa semua kata dan filsafatmu hanya akan sama di telinag semua gadis apa hanya aku apa masih ada aku yang lain.
31-3-2003

Kau dibalik asa
Kukenang dirimu dibalik asa tak terperi hatiku atas segala tak restu mereka atas sosokmu, aku kian tertekan dalam gelisah rindu tanpa ujung termangu aku dalam kebimbangan atas pesona diri yang kian merajam termangu oleh segala gundah dan duka oelh segala pencapaian manusia. Aku mengenangkan segala kepalsuan dan kekosongan menangisi berjuta gelimang kebodohan dan kebencian ketika mendamba suaramu yang telah mengoyak tabir tipis keangkuhan diri terlambat sudah kukenang engkau dari sisi sepi dan kerinduan namun aku makin hitam oleh jelaga kemurungan dan rendah diri. Aku mengenang kerapuhan diri dan jiwa yang terbelenggu oleh penyakit dunia apa telah hilang duniawiku apa telah sirna ukhrowiku tidak karena itu ketika aku kelimpungan ketika kehilangan dirimu.
4-2003

Suaramu dari sudut
Kemarin aku masih melihatmu kemarin aku masih mendengar suaramu dari sudut dunia sekaranga kau hanya bisa mengenangmu menginagtmu dan aku masih berkhayal tentangmu. Kenapa ketika mengenangmu dari jauh baru kusadari segala rasa tak menentu ini perasaan hampa yang tak pernha bisa kujelaskan namun sering kutulis dalam cerita-ceritaku tak mengerti diri pribadi ini oleh segala kebimbangan ini.
3-4-2003

Kau dan waktu
Dari hari pertama sampai kelima :
“ seseorang merasakan hancur … apakah cinta hanya menghancurkan? Tidak?! Aku yang terlalu melebihkan. Cinta tidak menghancurkan itu bukan cinta mungkin.” Hari keenam : Aku masih mengenang dengan tangis tapi hanya macam penyesalan atas kebodohanku sendiri, melihat kepekaan yang diuji aku merasa sangat tolol tapi aku membiarkan proses itu, itu bagian hidupku. Aku memang harus menjalaninya. Aku terlalu berlebihan dan terpengaruh cerita-cerita romantic. Aku merasa ditipu oleh angan dan bayangku sendiri, anggapanku tentang hal yang dulu telah nyata. Aku dipermainkan, dibuang dan dihina oleh diriku sendiri bukan oleh siapapun tapi aku sendiri, si bodoh yang sok tahu ini. Aku tersenyum pahit Ya Allah alangkah kecil hamba ini di hadapan waktu. Aku terlalu terobsesi mungkin aku tak percaya lagi adanya belahan jiwa mungkin aku tak percaya lagi adanya pasangan jiwa semua itu hanya dicipta oleh bayanganku sendiri. Jika merasakan sakit dari mula aku tahan sakit. Percayalah aku bahwa akupun masih bisa jatuh cinta dan sakit hati. Aku benar-benar jatuh, mungkin aku tak tahu apa yang menantiku didasar sana mngkin kehampaanku. Aku memang belum melangkah makin jauh tapi hatiku demikian sakit oleh anganku sendiri. Kadang aku ingin melupakan dan membiarkan saja semua itu. Pernhakah kau berpikir saat kau mengenang seseorang tapi orang itu tak ingat siapa engkau? Apakah itu sebuah kekosongan? Tapi pernahkah kau berpikir saat kau berdzikir mengagungkan, mengenang Dia dan Dia mengingat dan mengenangmu lebih darimu. Tuhan tanpa syarat mengingat dan mengenangmu tapi aku, manusia, hanya berpikir syaratnya yang sesuai untuk manusia lain. Percayakah aku bahwa ternyata aku masih mengenangkan orang yang tak pernah satu kalipun mengenangkan aku. Aku tersenyum. Ada pengajaran apa yang hendak disampaikan-Nya untukku? Karena Tuhan member cinta pada manusia itu punya makna. Hadiah untukku mungkin sakit yang kurasa ini ada makna yang hendak diajarkan-Nya padaku agar aku mengerti hokum cinta menuju Cinta pada-Nya. Aku kadang ingin melupakan semua itu tapi kubiarkan. Aku merasa ini bagian dari proses hidupku. Alhamdulillah, Gusti masih menyayangiku dengan mengijinkanku merasa rasa cinta dan sakit ini. Ijinkan hamba terus mencintai-Mu.
21-3-2003

Banyak hati
Hari mempunyai jam. Jam mempunyai menit. Menit mempunyai detik. Halnya detik pun mempunyai setiap helaan napas dan denyut nadi maupun sorot cahaya. Telah kucoba kusangkal rasa dan tatap matanya menengadah hatiku ke arahnya dia yang menebar senyum semerbak yang menuntunku memasuki labirin panjang prasangka tanpa ujung. Terus kukenang ketakpastian itu. Bukan semerbak wanginya yang kupeluk namun jiwaku tertoreh oleh nada yang mendesak bertalu-talu di hati. Sebuah desakan jiwa akan sakit hatinya di masa lalu, akan rasa sakit tentang arti hakikat diri yang disembunyikannya dengan tawa semu. Pria yang pernah hatinya sama terlukanya denganku.
3 muharram 1424

Sebuah renungan kebodohan
Aku muak dengan segala hasrat atk nyata yang bersarang menjdai kesulitan dianganku. Angan telah menobatkan kau menjadi kekonyolan hidup. Aku memupuk kenangan masa lalu dan merajut hamparan asa masa kini serta memanjatkan khayal akan sahabat, kerabat, orang-orang terkasih. Akdang hidup tak menakutkan bayangan orang-orang meski sering aku terikat rutinitas bagai kuda tunggangan namun aku merangkumnya, merangkai semua ketololan itu menjdai kemarahan tanpa sebab dan aku memilih menjauh untuk memahami hakikatnya.
6-3-2003

Istigotsah
Aku benci pada keangkuhanku yang terus membelenggu otakku. Kalimat sederhana meluncur dari ulut mereka dan aku mengahakimi menjadi gelombang siklus alamiah makhluk. Aku beristigotsah hari ini, menenangkan prasangka yang menyamar sebagai penyamun di hatiku. Tiba-tiba rasa amarah menengelamkan diri ke samudera kebobrokan. Ketika Gus Mus membacakan arti Doa Akasah yang mengoyak pelan bagai gelombang megalir menyapa dan merajam segala kebekuan, kekakuan, kekerasan hati bergerak menyentuh, menjatuhkan helaian bening air mata. Kujangkau segala kepak sayap-sayap duniawi yang megah itu dengan kalam ukhrowi, belenggu rantai-rantai pada penghambaan lembar duit, setangkai cinta murahan, selapis status mulia, setangkup kekuasaan di tahta dunia. Semua itu mencair … Istigotsah hari ini luar biasa! Gusti Allah, terimakasih mengijinkan hamba ikut dalam rangkaian doa dan dzikir memohon ampun serta mendoakan sesame umat Islam di Irak. Alhamdulillah.
9-3-2003
Sehelai daun di alam raya

Kritik duka untuk jiwa yang berfilsafat
Setitik filsafat kurenungi di segala hari telah menuai rejeki tanpa rancana memulai semuanya bagi putaran masa dan damba kerinduan pada Ilahi namun mata lahirku terpesona mata lahir makhluk-Nya. Menghunjam desah nuraniku segala makna tersentuh oleh suara jiwa sapanya menebar salam damai akan tatap mata pertamanya. Kenapa keberadaan tegarnya merajai kesendirian menghadang dia di mata lahirku. Alam bawah sadar menuai kritik duka akan rasa tak terperi hamba, Tuhan. Aku bertemu dia antara mata bertemu dan aku menundukkan jiwaku setiap sorot mata tajam itu menangkap jiwaku. Salam kembali terdengar lirih menghempas kalbu, “ Assalammualaikum. “ untuk pertama kali hanya untuk jiwa rapuhku. Hanya aku yang mendengar, kusangka hanya permainan jiwa. Aku terpana sekian lama kusadari segala makna sapa ramahnya. Aku hanya ingin kau menyapaku dengan kalam jiwa yang syahdu, yang mampu membelenggu nuraniku. Kenapa baru aku sadari keberadaan tegarnya akan hakikat diri dan jodoh jiwaku. Dia adalah inti dari segala kebimbangan dan jerit filsafat hatiku selama ini. Kesendirian tak lagi menghadang dia ada untuk kelemahan ukhrowiku. Dialah yang mengajariku bagaimana menyapa Ilahi kini dan selamanya. Hamba tak peduli masalah megahnya sabda dunia, itu hanay esensi kecil yang mampu dicaapi manusia. Hamba kian damai dan tenang saat jiwa kami menyepakati arti cinta pada-Nya. “ Aku hanya ingin mengajakmu untuk mengenal-Nya.” Kalimat itu merasuki alam jiwa hamba. Hamba tak terlambat mengenalnya di dasar nurani. Terimakasih Tuhan telah Kau ijinkan aku mengenali siapa jiwaku. Siapa yang mengenali dirinya mengenali Tuhannya.
10-3-2003

Kebencian aku
Seolah aku manusia sempurna mengklaim pengkhianatan manusia atas jiwaku, dosa. Kutuding mereka dan perbedaannya. Renungan telah kucapai dan aku makin paham bahwa manusia terbuat dari tanah. Tanah adalah unsure alam mudah terbakar api amarah, jika aku marah, tanah terbakar api dan aku membiarkan tangan-tangan setan membekukku ssuai angannya. Aku hanya akan menjadi porselin hiasan dunia menjadi budak setan. Aku benci aku yang membenci manusia meski aku bukan pemerintah namun denagn membenci orang lain artinya aku telah memerintah orang lain agar menuruti kehendakku dan mengharap sifat maupun kemauan orang lain sama denganku. Aku benci aku yang memelihara benci dan ketololan.
13-3-2003

Renungan akibat
Terkadang ketakpahaman merasuki diri pribadiku. Aku menghakimi orang denagn kritik tajam dan aku tak merenungi kesalahan diri dengan untaian kesadaran. Sering sebuah pikiran dan renungan hati memaksaku dengan tantangan makna hakikat. Kejahatan orang lain padaku adalah renunagn agar aku tak menyakiti orang lain lagi. Jadi hidup adalah semacam keseimbangan, sebuah pencapaian hakikat. Hidup adalah ibadah jika aku baik pada orang lain maka orang lain akan baik padaku tapi jika aku jahat pada mereka maka mereka akan berlaku jahat. Aku merenung akan segala sifat anehku dimata orang-orang di sekeklilingku sepertinya aku semacam filsafat kuno tentang hidup. Aku akan baik pada orang yang abik padaku kadang aku tergantung mereka. Aku tak punya pendirian kata mereka semua hanya karena mereka tak paham. Coba paham mereka bisa saja suka atau jengkel. Apa mungkin aku terlalu menuntut orang lain dan terlalu sering membicarakan cermin keburukan orang lain. Aku telah menutupi sendir mata hatiku dengan kebencian.
13-3-2003

Renungan Cuti
Pahamlah aku arti setiap bulan sekali kaum hawa mendapat ‘cuti’ … mungkin agar aku merenung akan kesalahan dan instrospeksi diri karena Tuhan tak mungkin member sesuatu tanpa makna dan manfaat baik dari segi fisik atau batin tersirat, tersurat atau tersorot. Selain arti biologis fisik dan duniawi ternyata ada satu makna tersembunyi yang sangat luarbiasa. Maaf Gusti baru hamba sadari sekarang selama 7 hari ‘cuti’ kaum hawa tidak boleh menunaikan ibadah wajib dan sunah bukannya berteriak ‘bebas.’ Lho, sholat itu kan ibadah resmi sedang kebaikan hati, renungan dan dzikir adalah ibadah tak resmi padahal selama masa ‘cuti’ itu. Aku punya tanggung jawab moral yaitu merenungi diri kita, cara ibadah resmi dengan mernunginya dalam ibadah tak resmi. Bukankah aku lebih sering menjalankan ibadah tak resmi daripada ibadah resmi. Dalam perenungan mungkin ibadah resmiku telah keluar jalur dari rohnya sholat dan hanya sekedar menunaikan kewajiban. Aku lupa makna-makna kebaikan dan silaturahim hanya demi mengejar pahala surge dan memburu sebutan ahli sholat tapi aku lupa sesame/ padahal sholat … sujud tidak hanya dalam sholat ‘resmi’ tapi sujud itu di hati, jiwa. Hati dan jiwaku sujud pada Ilahi dalam setiap kesempatan di setiap tempat dimanapun kita bisa bersujud. Jika aku membahas satu persatu makna-makna gerak sholat akan sangat banyak dan makin aku sadari alangkah berdosanya aku dan alangkah kurangnya sujudku. Astagfirullah, apa tak amlu aku. Aku merasa sanagt rendah di hadapannya. Gusti Allah, jika hamba mengetahui sejak awal tentang alangkah kecil hamba tentu hamba tak akan membenci dan menyalahkan orang lain.
13-3-2003

Sesuatu tentangmu
Kujelajah misteri hatinya namun kembali aku menemukan jiwaku pada satu hal memalukan akibat mataku menatap kerapuhannya. Aku menerjang seuntai mutiara kesedihannya ketika aku berjalan di depan kerinduannya. Apakah jiwaku marah apa aku menghujat jiwa yang telah meliputi diri pribadiku. Entah …
14-3-2003

Adzan
Dimanapun engkau berada jika kau mencintai Allah meski saat sholat wajib di sekitarmu tak terdengar suara adzan namun yakinlah bahwa Allah lah yang akan membimbingmu untuk mendenagrnya, karena Allah mencintaimu setiap saat dimanapun kau berada. Engkau akan mendenagr adzan yang terus terngiang di telinga dan hatimu. Meskipun kau berada di Mekah sekalipun tapi jika hatimu ditutup engkau tak akan pernah mendengar keindahan adzan di telingamu. Tapi … meski kau ada di benua Amerika yang epnuh maksiat pun tapi jika hatimu dibukakan setiap saat kau akan terus mendengar gema adzan memanggilmu untuk beribadah kepada Allah swt yang juag sangat mencintai-Mu.
7-4-2003

Angin
Temaram angin membawa segala kerancuan ketika aku bertanya padanya “ Apa angin ingn membawa cinta?” ia berkata : “ Tak sanggup “ “Apa cinta demikian luar biasa?” ia menjawab : ”ya” aku semakin terdiam terdengar deru-deru angin tak kutemui segala kesombongan kenapa angin demikian suka menggenggam cinta apakah cinta yang menghidupkan angin dari siapa engkau mendapat cinta? Jawabnya : “ Dari Allah …” dan ia terus bertiup.
13-4-2003

Tidak ada komentar: