Mahabbah
Mecintai seseorang memang kadang manusia lebih banyak kecewa. Sekarang daripada ketakutan membagi hati dan cintaku pada dia lebih baik kucoba hadapi saja. Apa salahnya mencintai dia yang memang mencintai dan dicintai oleh aku. Daripada menghindari lebih baik menghadapi.
Aku ingin menjawab ujian-Nya dalam masalah ini. Daripada ketakutan untuk sakit hati karena manusia dan menghindari mereka lebih baik bertanya pada hatiku. “ Bisakah aku mencintai seseorang tapi syaratnya Cintaku pada-Nya harus lebih dari sebelum aku mencintai dia. “ Kalau ujian itu bisa kujawab insyaallah Dia akan memudahkan jalanku untuk mencintai sesamaku dalam untaian kedamaian dan kebaikan. Dengan mencintai seorang manusia mari menambah rasa cinta pada Allah swt, Sang Penguasa Cinta Yang Tiada Batas.
Tidakkah kita paham makna Lebaran
Makna lebaran adalah bermaaf-maafan. Tidak perlu dengan uang, tak perlu dengan berjabat tangan asal hati kita saling memaafkan. Tidakkah kita merasa beruntung saat lebaran kita masih bisa melihat sholat Id dari istiqlal di TV. Tidakah kita senang masih bisa berjumpa saudara. Tidakah perut kita kenyang saat makan sate dan sop udang di acara reuni keluarga. Tidakah kita bangga bisa tertawa dalam canda bersama teman. Alangkah enaknya kita ini masih diberi kesempatan sebanyak itu untuk mencari pintu tobat, untuk mencari jalan sujud, untuk mencintai-Nya tapi …
Kenapa kita mesti lupa untuk saling memaafkan. Kita terkadang sulit sekali untuk memaafkan diri sendiri. Kita tak emntolerir diri sendiri saat melakukan salah. Kita kecam diri kita dan menutup diri. Kita cenderung menyalahkan setan yang mengganggu hati kita. Kenapa kita mesti menyalahkan? Berarti kita pengecut karena menolak untuk mencari solusi tapi malah terus menyalahkan. Kenapa kita tak menyalahkan diri sendiri?
Kenapa bisa tergoda? Daripada menyalahkan semua hal lebih baik saling memaafkan, awalnya diri sendiri kemudian memaafkan orang lain. Saling memaafkan adalah kata kunci. Begitu kita meminta maaf atas kesalahan kita hati kita demikian tenang. Kebekuan hati telah mencair. Kata maaf demikian sederhana namun kata maaf begitu agung dan mulia. Ia tidaklah sesederhana itu. Maaf itu kata mulia …
Arti sempurna
Sebenarnya apa yang terjadi dalam hidupku ini? Terkadang aku demikian skeptic memandang semua hal yang terjadi di sekelilingku. Tak kutahu mengapa aku begitu mudah memaki, mengutuk dan menyumpah pada berbagai macam kepincangan yang ada di sekelilingku. aku cenderung menyalahkan. Aku dibuat bingung oleh berbagai keadaan yang melingkupi dunia ini disekelilingku.
Arti senyuman, arti pandangan yang tertunduk, arti tatapan mata, arti dari menolak berjabat tangan. Apa arti semua itu … kalau kita menyikapi berbagai hal dengan pandangan semua salah segalanya memang salah. Apa sebenarnya arti ibadah-ibadah itu bagi jiwa-jiwa mereka, mereka yang menolak berjabat tangan dengan orang bukan muhrim, orang bukan dari satu golongan.
Apa yang mereka pikir dalam sosok kedirian mereka.Jika mereka mengharamkan berjabat tangan dengan para wanita kenapa mereka berlaku suatu keanehan dengan mencoba mendobrak tradisi mereka. Tidakkah mereka takut karena tanpa sengaja mereka telah membangun sekat. Apa hati mereka akan tergetar bila bersentuhan dengan wanita, lantas apa arti ibadah-ibadah mereka selama ini, untuk siapa dan untuk apa …
Aku bingung menyikapi manusia ini, mereka berjabat tangan, mereka tak berjabat tangan, mereka tersenyum-mereka marah-mereka memaki-mereka bermuka masam. Kenapa kita tidak membangun sekat dalam hati kita sendiri agar kita bisa memilah mana baik dan mana buruk. Apakah senyuman mereka kemunafikan ataukah tidak atau apakah kediaman mereka sebagai tutup dari buruknya perilaku mereka. Kenapa manusia meski memakai topeng? Kenapa Islam yang mereka jadikan topeng diri mereka yang sebenarnya buruk? Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran mereka?
Dulu aku cenderung memandang penampilan sebuah kebohongan yang demikian menipuku. Tak kulihat sisi lain dengan mudah kukecam orang : “Tidak islami” padahal banyak sisi yang tak kutahu tentang mereka. Apa sebenarnya penampilan itu? Dalam menyukai seseorang pun demikian, aku cenderung mengharap kesempurnaan begitu kuketahui kekurangannya aku cenderung membunuh rasa suka itu. Aku berusaha menanyakan pada hatiku apa arti sempurna bagiku. Apakah aku sendiri sosok yang sempurna? Tidakkah aku hanya tertipu penampilan luar dengan memandang kesempurnaan itu? Tidakkah hal itu justru terlihat sebagai sebuah kesombongan …
Tuhan Pemimpin
Tuhan itu laksana Pemimpin agen-agen rahasia. Dia memasang alat-alat penyadap dalam diri tiap manusia berupa hati nurani. Dia memiliki TV-TV layar lebar penerima sinyal yang terpancar dari tiap-tiap alat penyadap-Nya. Dia memiliki agen-agen rahasia yang memantau keberadaan alat-alat penyadap itu. Agen-agen rahasia itu ditempatkan dalam diri tiap-tiap manusia. Tiap manusia mempunyai dua agen. Tuhan berkehendak semua alat-alat penyadap itu berfungsi dengan baik.
Dia berkehendak semua manusia menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dengan alat sadap itu manusia terus merasa yakin dirinya dpantau oleh-Nya, dengan alat sadap itu manusia harusnya merasa yakin ia tak pernah sendirian, dimanapun ia berada karena Penglihatan yang jangkauannya lebih dari mata biasa, lebih canggih dari alat pantau jenis apapun, kamera jenis apapun, dari Pendengaran yang lebih dari telinga biasa adri transmitter macam apapun seharusnya manusia tahu bahwa Dia selalu mengawasi.
Makna Lailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah malam seribu bulan, malam penuh kesucian yang didamba oleh tiap insan beriman. Tidakkah kau ingin menggapainya? Apa makna sesungguhnya dari Lailatul Qadar? Apa hanya denagn duduk berdiam diri di tengah ruangan gelap terus berdzikir menyebut asma-Nya dengan keleluasaan hati dan jauh dari duniawi. Tidakkah terasa lucu jika kita mengartikan malam itu hanya membaca Al-Qur’an tanpa tahu maknanya dan kita tidak mau mengulurkan tangan pada manusia, silaturahmi kita terputus.
Kita lupa segala hal yang menjadi dasar pertanyaan di alam sana karena kita sibuk mengejar Lailatul Qadar, kita lupakan teman-teman, orangtua, saudara. Kita tak mau mengulurkan tangan untuk mereka. Kenapa kita lupakan semuanya? Tidakkah kita malu karenanya? Tidakkah kita malu pada-Nya ketika kau menolak berjabat tangan dengan bukan muhrimmu hanya demi menghindari hatimu yang tergetar berarti jiwamu pun rapuh …
Lailatul Qadar bagiku adalah semua malam. Disaat kesadaran akan Cinta-Nya mambidik kita akan alangkah hinanya kita sebagai manusia. Dikala kita merenungi segala kesalahan, kekonyolan, kekilafan dan kebodohan selama ini selalu mengiringi langkah keimanan kita menuju Cinta kepada-Nya. Bagiku Bulan Ramadhan adalah sepanjang masa. Masa dimana kita berpasrah diri, kita adukan alangkah bergantungnya, kita pada sebuah kekuatan Yang Maha Segalanya.
Apakah kita bersuci hanya disaat Ramadhan dan Lailatul Qadar? Apakah kau tahu kapan sebenarnya Lailatul Qadar tersebut? Apa yang kau cari malam itu? Jika Cinta yang kau cari bersilaturahimlah, hapuslah perbadaan antar manusia beriman. Jangan berteriak alangkah berbedanya kita. Jangan agungkan alangkah bagusnya sholatmu dihadapan manusia. Demi siapa semua itu? Saat itu adalah penegasan di hatimu semua yang kau cari dan temukan adalah untuk-Nya.
Lailatul Qadar saat seluruh langit dan eter-Nya penuh sesak oleh tebaran senyum dan keajaiban dari malaikat-malaikat-Nya. Apakah kau rela terlepas dari bukan penuh berkah itu? Pada bulan itu Allah swt member segala Cinta-Nya, Dia member banyak hadiah untuk kita, manusia-manusia bodoh, kotor dan tak tahu diri ini, untukku … untuk aku yang tak punya apapun untuk kubanggakan, untuk kusombongkan. Di bulan ini harusnya aku sadar semua adalah milik-Nya, pemberian-Nya dan suatu saat bakal kembali pada-Nya. Bahkan keimanan ini sekalipun karena jika Dia berkehendak Dia bisa mengambilnya. Tidakkah itu lebih menakutkan dari menghadapi sakaratul maut … kita, aku hanya jadi bangkai jika tanpa Iman.
Makna keimanan sendiri kadang kita jadi rancu, karena keimanan kita diperoleh sejak kita bayi. Iman warisan! Asal ucap syahadat tanpa tahu artinya. Penting Islam!!
Kenapa tidak kita jaga iman warisan itu agar tak hilang karena kesombongan kita karena kita menyendiri, menjauhi dunia dan penghuninya dan memenuhi kepala kita dengan anggapan semua manusia lain adalah lebih jelek dari kita. Tidakkah menakutkan?!
Lailatul Qadar adalah ajang bagi kita untuk introspeksi diri, bukan dengan pengertian kita evaluasi diri hanya satu bulan itu saja dan selepas ramadhan kumat. Konyol namanya! Tidakkah kita beruntung sekali diciptakan-Nya? Kalau Tuhan tidak mau menciptakan kita, untuk apa menciptakan perusak?! Tapi Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, Dia tetap menciptakan kita, lantas kenapa kita bodoh tak mau mencintai-Nya?! Padahal hanya 5 waktu saja atau sebulan sekali berpuasa … kenapa kita lupa diri?!
Lailatul Qadar adalah malam dimana kita temukan damai dan cahaya terang demi menerangi hati kita yang terus tertutup debu-debu dunia. Lailatul Qadar adalah malam penuh cahaya Cinta Kasih-Nya dan hidayah-Nya. Lailatul Qadar adalah Pemberian-Nya. Lailatul Qadar mengajari kita untuk melihat segala sesuatu dengan mata batin, dengan jiwa nurani terdalam dari hati kita. Alilatul Qadar adalah saat kesaksian penegasan kesaksian menyanjung syahadat. Mengerti makna agung dari syahadat itu.
Lailatul Qadar adalah saat dimana jiwa kita menyadari akan merdunya suara tangis penuh rindu kita akan cinta Allah swt yang pecah karena sujud berkepanjangan. Lailatul Qadar adalah saat kita menyadari bahwa sholat bukan hanya sekedar gerakan, bahwa Tahajud bukan hanya mendekap kesunyian, bhwa puasa bukannya menahan lapar lahir tapi malah membiarkan jiwa kita lapar akan Cinta-Nya, bahwa membaca Al-qur’an bukan hanya memperbagus suara tapi dzikir mengagungkan nama-Nya, mengucap terimakasih atas ’peminjaman’ Al-Qur’an untuk bisa dan paham kita membacanya.
Dzikir adalah mengingat Dia setiap waktu menatap langit, merenungi keindahan kekuasaan-Nya. Ibadah adalah dalam jiwa, dalam hati dan Cinta. Lailatul Qadar adalah saat bagi kita menyadari bahwa Iman Warisan ini harus diubah menjadi Iman Cinta, hanya kepada-Nya. Itulah Lailatul Qadar …
DON’T READ
Nikmat Allah
Sudah berapa nikmat Allah yang telah ada padaku, terhitung aku lahir pada 6 juli hingga sekarang 29 agustus 2002 saat umurku genap 20 tahun. Dalam 20 tahun hidupku aku baru merasa umurku masih 3 tahun sebenarnya sejak 22 februari 1999. Aku mendapat banyak kesadaran saat itu. Tak sadarkah aku bahwa memiliki mata yang sehat adalah nikmat Allah. Memiliki mulut dan seluruh anggota badan, panca indera yang lengkap dan sehat adalah nikmat. Mendapat sedikit pencerahan adalah kepercayaan-Nya. Tidakkah aku demikian beruntung memiliki atau mendapat segala nikmat itu?
Duh Gusti Allah … hamba merasa sebagai orang paling beruntung di dunia. Hamba memiliki keluarga yang baik, orangtua yang menyayangi, adik-adik yang baik, teman-teman yang peduli. Hamba masih bisa menghirup udara pagi. Hamba bisa bangun pagi dan menunaikan sholat subuh. Hamba demikian beruntung bisa bertemu banyak orang hebat dan berilmu. Hamba diijinkan mencintai-Mu. Hamba sangat beruntung diberi kesempatan untuk merenung dan menyadari segala kesalahan hamba. Duh, Gusti Allah … rasanya air mata sebanyak apapun tak akan cukup untuk menebus segala kesalahan hamba. Hamba sudah menyinggung perasaan-Mu. Hamba sudah demikian bandel. Sungguh Ya Allah hamba sangat malu. Malu pada-Mu, rasa malu pada-Mu lebih besar dari rasa malu pada segalanya. Sungguh, hamba takut dan malu pada-Mu. Hamba malu tapi hamba hanya ingin diijinkan menyentuh air wudhu dan bersujud pada-Mu. Hamba hanya ingin diijinkan beribadah pada-Mu.
Kamis, 09 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)




Tidak ada komentar:
Posting Komentar