Kamis, 09 Oktober 2008

Puisi-puisi hati

Tuan dari Palestina
Yasser Arafat … sendiri melawan takdir berkelana tanpa senjata ditengah deru badai
berpijak erat pada detik-detik jaman yang pilu
menentang hegemoni kafir menyendiri di tengah derai asingan
terkepung ia dalam sejuta sendiri tangis membelenggunya mencercanya
dengan rajam sumpah serapah
kata damai sering didengungkannya di salah arti oleh kafir-kafir itu
kecaman sering dilayangkan ke meja kantornya di Ramallah
bersamaan dengan paket bom namun ia masih tetap bernyawa
ia suka menikmati cakrawala Palestina dengan awan-awan merah beraraknya
kala adzan maghrib menggema melayangkan impiannya pada langit
dan bertanya dalam hatinya kepada Tuhannya
apa arti semua ini akan seperti apa nasib Palestina suatu saat
kadang air matanya beruraian bagai mutiara di laut pagi
ia bermain bersama Zahwa, putrinya
selalu di bibirnya meluncur kalimat-kalimat nasehat tentang masa depan Palestina dan
Zahwa mendengarkan dengan kagum pads sosok ayahnya
hari ini tepat 40 hari peringatan wafatnya beliau
ia ingin disemayamkan di Masjid Al-Aqsho namun para kafir itu menolaknya
dari Paris ia diterbangkan ke Mesir dan sesuai kesepakatan
Ramallah menjadi pilihan terakhirnya dibaringkan
jalanan Palestina penuh pelayat ribuan … jutaan
semua menangisi kematiannya tak terbendung gerakan mereka
semua mencintainya ia bukan hanya milik rakyat Al-Quds tapi ia milik dunia …
milik umat Islam sedunia yang berduka.


Cinta itu janji
Aku mengalami perenungan lagi dalam hidupku ini.
Seperti halnya ketika aku memandang cintaadalah alasan manusia untuk mewujudkan janji, karena jika mencintai seseorang berarti manusia menyiapkan diri untuk berjanji
mewujudkan apa yang membahagiakan pasangannya.
Cinta adalah sebuah janji .
Berani berkata cinta berarti berjanji untuk mentaatinya
semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya
yang membuat pecintanya sedih atau marah.
Cinta macam ini berlaku untuk semua.
Cinta pada manusia pun memiliki unsur janji yang padu.seharusnya,
namun banyak manusia yang melanggar janjinya sendiri.
Mereka hanya memuaskan nafsu nya sendiri
melupakan cinta yang pernah diucapkannya.
Ada sebuah hadist Qudsi yang mengatakan :
”Bohong manusia yang mengatakan Cinta kepadaKu
namun bila malam tiba mata meraka tertutup tidak beribadah kepadaKu”
ini merupakan salah satu pelanggaran janji kepada Rabb-nya
Cinta adalaah janji maka jangan sembarangan mengucapkan cinta
karena tanggung jawab yang dibebankan kepada pecinta dan kekasih sangat berat
seharusnya manusia menyadarinya jadi tidak akan terjadi keegoisan,
pengkhianatan dan penghinaan cinta.
Cinta itu tetaplah abadi, suci dan indah tidak buta dan hina
Cinta adalah janji.
Februari 2006


Kesabaran itu
Kesabaran telah menjadi momok
bagi jiwa pemberontak manusia selama berabad-abad.
Mereka telah menyamarkan arti kesabaran untuk pembenaran bagi kepentingannya sendiri padahal kesabaran adalah sebuah kondisi dimana manusia
berada pada posisi menaruh kepercayaan pada sekelilingnya ketika bersabar menghadapi ujian, cobaan, godaan atau musibah manusia berarti membiarkan jiwa dan hatinya mempercayai Ilahi Rabbi bahwa semua ini adalah yang terbaik.
Cobalah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari antar manusia
atau alam semesta maka akan kau peroleh pencerahan yang menakjubkan.
Sabar adalah mempercayai
yaitu caramu untuk mempercayai pada lingkunganmu berada.
Maret 2006


Derajat kekacauan
Jutaan aksara telah kutorehkan namun aku tak kunjung juga mereguk makna
damai telah menjadi musuh sejatiku dalam asa terpuruk ini
tangan dan kakiku terbelenggumeski aku mengaduh tak kudengar suara pembebasanku.
Aku telah terjerat bayang-bayang semu penantian kosongku.
Makna dunia dan akhirat telah berbaur menyatu
dalam pengertian indahku tentang makna derajat.
Derajat yang mana wahai kawan?
Jiwaku telah kacau kiranya dengan pengaruh sekuler diluar hatiku.
Nalarku memberontak namun jiwaku mengeluh dan hatiku tercerai berai tanpa daya
di ratusan bahkan milyaran kepongahan dunia.
Aku telah melukai jiwaku sendiri dengan keserakahanku akan ketakutan oleh ketertinggalan oleh dunia sekitarku padahal seharusnya itu tak perlu.
Sungguh tak perlu …
April 2006


Mendamba Cinta
Kucari Tuhanku di lorong-lorong waktu
aku bersimpuh, mengaduh, menangis pilu disana.
Waktu telah melampauiku.
Dia terus berlari meninggalkanku meski aku didera duka namun Dia tak akan kembali.
Aku terbelenggu jurang kebodohanku sendiri
berkelana dalam ruang-ruang dosa yang tak kupahami.
Ingin kubuang segala perasaan sehingga tak ada lagi cinta namun aku terlanjur cinta maka aku pun berjanji aku pun telah bersaksi bersimpuh pilu di haribaan Cinta.
Aku telah menjadi sosok pecinta yang mendamba Cinta
yang kapan lalu lenyap dalam pendaran putus asa.
Aku terpuruk ketika kuputuskan tak mematuhi-Mu aku hancur ketika aku jauh dari-Mu
aku tak lagi merasakan beda antara sedih dan bahagia
aku mengaduh atas lenyapnya perasaan manusiawiku
Tuhanku, aku mensyukuri keadaan ini namun sekaligus takut
akhirnya aku mengetahui dan menemukan lagi apa itu perasaan takut.
Hidup dalam ketakpastian adalah sangat menakutkan
padahal berapa banyak kita dalam keadaan itu … selalu …
April 2006


Jiwa yang terbungkus
Kutemui suram dalam belenggu nestapa
benang-benang kusut jiwaku berseteru bersama nuraniku.
aku terpedaya oleh ribuan kekosongan jiwa
manusia membisikkan harapan dan rayuan tentang kehidupan indah
namun semua itu hanya omong kosong …
aku tersentak kaget terpenjara oleh keputus asaan dimana aku mesti mengadu
kaca-kaca jiwaku nyaris tak pernah pecah.
Aku selalu menangisi diriku sendiri tanpa pernah ada yang membelai jiwaku saat aku teteskan air mataku tak ada satu manusia pun yang turut menghapuskannya
dan aku telah menyaru menjadi seekor iblis yang membenci dirinya sendiri
apakah aku telah kehilangan harapan?
Mereka tak mengijinkan aku menangis … tapi kenapa?
Tak pantaskah manusia menangis tak adakah belas kasihan pada jiwa rapuhku
yang terbungkus kaca tebal sebuah ketegaran semu …
kekuatan tanpa batasku hanyalah semu di hadapan-Nya hanya kosong
aku memasuki jutaan bilangan biner yang berpendaran
aku terperosok dalam lubang kebingungan milikku sendiri
telah lahir sang Pengacau yaitu aku sendiri.
2-5-2005


Kepekaan jiwa yang lalai
Ketakpastian telah menjadi suara hatiku yang baru
apa makna kebaikan bagi hamba-Mu, Tuhanku …
dimana lagi aku mesti mencarinya di tepi lautan tak bertepi telah kulayari
namun aku telah kehilangan dayung di tengah lautan itu.
Aku bagai terombang-ambing oleh lautan keputusasaan milik diriku sendiri
kepekaan jiwaku seolah tertampar mencari-cari dalam kegelapan
oleh arti kepedihan dan rasa dengkiku menyeruak kepalaku
telah tumbuh bunga-bunga surgawi yang memecah namun nuraniku menyangkalnya
aku masih terpedaya oleh kemegahan horizon hidup orang lain.
Daging hitam di jiwaku yang bernama iri hati telah menggerogoti nuraniku sendiri.
Ia telah menjadi tumor ganas yang memangsa akal sehat dan jiwa nuraniku …
2 mei 2006

Pertautan sisi gelap terangku
Jiwaku betebaran …
aku menemui kekacauan pada perpaduan jiwa nuraniku
seringkali aku mengaduh sakit tertusuk diri gelapku.
Aku menatap temaram yang tak kumengerti di jalanan itu
aku sendiri dalam gelap yang terpasung
kurengkuh diriku sendiri dalam rangkum selimut jiwaku
tak kutemukan pertautan sisi gelap dan terangku
telah terpedaya aku oleh cahaya kegelapan itu.
Aku dalam pasungan kebohongan.
Percayaku pada Ilahiku telah merajai nuraniku.
Tuhanku, telah kutengadahkan kedua tanganku pada-Mu
telah kuteteskan air mata memohon pada-Mu.
Maafkan aku, Tuhan … atas kelemahanku …
aku tak tahu harus meminta kepada siapa lagi jika tak meminta pada-Mu
kesendirian ini mengajariku untuk lebih mengenal-Mu kembali …
Tuhanku, jangan meninggalkanku ketika aku sendirian
meski tubuhku bersama milyaran manusia
namun sering kurasakan kesendirian tanpa ujung.
Kegelisahan ini membelengguku tanpa bisa aku genggam.
Tuhanku …


Aku sedang mencari-Nya (lagi)
Jiwaku rapuh ternoda.
Hatiku merana terberai dengung suara hatiku
menggelora terpasung patah suara jiwamu telah kutorehkan segala kebeningan nurani
namun aku terus melangkah dalam kubangan semu dunia
yang membentuk rona-rona kotor sebuah kebimbangan.
Kau datang dengan mulut penuh madu racun manismu ?!
Kau lupakan noda-noda bagai sembilu yang merampok kebebasan jiwaku.
Kau tak menyadari rantai-rantai pasungan jiwamu
telah merajamku dalam gelimang pemujaan semu.
Aku memujamu bak Dewa Cinta.
Aku telah tertipu silap mata lahirku sendiri.
Sembilu-sembilu jiwamu telah menggerogoti jiwaku
bertahun-tahun tanpa kau sadari dan tanpa kau tahu salahmu.
Aku telah sekian kali menatapmu dari sudut masa lalu dengan cinta yang sangat naïf
namun dimana nuranimu yang pernah menjadi lentera bagiku di masa kegelapan itu.
Ketika aku terus menyusuri lorong-lorong gelap itu dengan nyala obor di tangan kanan
terus mencari ke dasar jiwa akan makna kebenaran dan cinta sejati tapi kau telah merampas api itu kau ganti dengan api lain yang nyalanya tak kumengerti
karena ketika kau berikan api itu untuk menerangi lorong ini, mataku tak mampu melihat dan menemukan kebenran. Kau katakan inilah api yang benar tapi yang kulihat hanyalah seonggok sampah. Aku pun meninggalkanmu.
Kau yang telah berubah … kau yang telah menggenggam bara api
yang telah lama ku padamkan di masa kegelapanku.
Itu adalah api di masa laluku tapi telah kau puja bak Dewa.
Aku masih mencari cahaya yang lain yang terus membimbingku menuju cinta abadi bukan cahayamu tapi cahaya-Nya.
Aku sedang mencari-Nya kembali dan aku tak mencarimu.
31 agustus 2006


Lebanon
30 hari Lebanon digempur diluluhlantak oleh bom-bom laknat Israel.
Dunia mengutuk. PBB meracau namun percuma mencoba menampar si anak nakal.
Aku terpana dalam kurungan gelisah dengan air mata mengalir terpaku pada layar kaca di depan mataku dihadapan kehancuran tanah Lebanon.
Air mata dan darah seakan tak lagi cukup menjamah hati-hati batu para musuhmu.
Mata hati mereka tertutup
telinga mereka terbelenggu cairan pekat berupa angkara murka.
Jiwa mereka terberai menjadi serpihan kecil
yang menodai tawa murninya menjadi senjata abadi yang memalukan.
Tak ada rasa gentar di hati para pejuang di jalan Allah.
Hizbullah … jayalah selalu tetaplah berselimut
dalam gelapnya pepohonan cedar di tanah Lebanon dan menerjang pasukan Israel
dengan senjata keimanan dan keinginan mati syahid.
2 September 2006


Sayatan masa lalu
Aku di masa lalu adalah aku yang terbelenggu aku menerjang badai jaman
namun selalu karam dengan tangan-tangan terkepal aku terhanyut dalam pusaran kengerian yang tak berujung telah kusodorkan jiwaku pada duka.
Aku terlena oleh hantaman badai nestapa itu.
Aku di masa lalu adalah pijakan kaki yang goyah pada api yang membakar.
Aku melayari seribu badai namun ku tak menemukan jiwaku
seakan aku terpasung dalam kurungan kehancuran asa milikku.
Kegelapan itu memecah cermin jiwaku. Aku terluka … luka lahir dan batin.
Tak ada yang mencoba menolongku menarik tanganku dari kubangan itu.
Aku terus terpuruk. Wahai, kenapa kalian semua saat aku terjatuh ?!
Wahai, dimana kau saat aku memerlukanmu ?! Kau campakkan aku.
Telah kujadikan hatiku sebagai alas kakimu.
Mulutmu telah meracau dalam pikiranku namun aku menelannya mentah-mentah.
Wahai, sekali lagi, dimana kau saat aku dihantam badai jaman.
Wahai, dimana kau saat aku mengaduh merintiholeh tamparan tawa mengerikan manusia. Aku memilih terkurung dalam kotak. Aku menyukai kegelapan masa lalu itu.
Aku telah bersepakat dengan waktu di masa itu. Telah ternoda mata hatiku oleh dendam di masa itu. Mereka mencabik-cabik nuraniku, mereka merampas kebebasan jiwaku. Mereka melumuri jiwaku dengan kotoran-kotoran dari jiwanya.
Mereka telah menodai nuraniku dengan tawa-tawa halus mereka
dan saat itu aku ingat kau tak ada disana?!
Saat kuteteskan milyaran air mata kau hanya berlalu.
Kau tertawa dengan menyedihkan.
Masalaluku bukanlah keindahan cinta kasih yang selalu dilukiskan dengan romantisme penuh buaian seperti para pujangga itu namun dia adalah sesuatu yang harus selalu aku kendalikan erat dengan napas jiwaku karena aku tahu tak akan ada yang mengobatinya. Tak akan ada orang yang mau menutupinya.
Lukaku terlalu besar … menganga bagai kawah gunung berapi …
aku tak berniat membaginya karena aku telah bersepakat
dengan masa laluku untuk mengunci rapat jiwa hatiku.
Noda hitam masa lalu itu telah menjadi lukisan abadi di otakku
dan akan selalu seperti begitu sampai tiba saatnya
untuk seseorang yang diijinkan Ilahi menghapusnya.
Aku tak berniat mengobati lukanya.
Luka di sayap-sayap jiwaku yang menghalangi ambisi jiwaku
untuk terbang tinggi menembus angkasa.
Wahai, kemana kau saat aku mengaduh memohon uluran tanganmu?!
Wahai, dimana nuranimu saat kau jadikan aku sebagai alas kaki?!
Wahai, dimana para pendosa yang telah merajamku dengan tawa mereka?!
Wahai, dimana kalian semua saat aku terjerembab, terkapar, tertampar,
terperosok, terinjak, terkubur hidup-hidup dalam ketakutan abadiku.
Susah payah kucoba bangkit menemukan cahaya
yang menembus lorong-lorong kegelapan jiwa itu dan tiba-tiba aku … terpana!
Kulihat diantara kegelapan senyummu yang mendamaikan aku
yang aku sambut dengan cengkeraman air mata bahagia …
sekelebat bayangan berlari ke arahku …
senyumannya begitu menawan menjejak di hatiku
kulihat di tanganmu terhunus sebuah pisau ---
dengan kejamnya kau tikam jiwaku tanpa ampun?!
Aku mengaduh kau tertawa.
Wahai, telah kau bunuh jiwaku air mata telah menjadi darah baruku?!
2 september 2006


Palestina dalam kepungan
Ramadhan akan datang menjelang namun Palestina masih bergelimang darah
dan debu martir dari para syuhadamu.
Kau terhanyut dalam jajaran lembut sebuah asa yang terlena dalam angkara Ehud Olmert, sang Perdana Menteri negeri yahudi.
Mata-mata mereka menatap hampa tanpa belas kasih dengan mulut berbisa dan tangan teracung ke udara seenaknya mereka memveto hak-hak rakyat Lebanon.
Seribu nyawa melayang terhempas dalam simbah darah
menyelimuti tanah Lebanon dan Palestina yangterus menuntut kebebasan.
Ramadhan tahun ini akan sedikit berbeda dari tahun-tahun kemarin.
Di tengah cecaran mata-mata menghakimi kaum mukmin oleh bangsa bar-bar yahudi sampai kecurigaan tanpa kendali pada orang-orang bernama identik Islam.
Pemeriksaan berlebihan pada orang-orang Islam dimana pun dengan dalih terorisme.
Mereka membuat orang islam malu dengan keislaman mereka.
Dunia telah penuh dengan caci maki tanpa belas kasih bagi para pendamba syahid di jalan-Mu. Mereka mengklaim sebagai yang terbaik di dunia ini namun yang mereka genggam hanya kehinaan dan kehancuran. Bahagia di mata mereka hanya tipu daya menyesatkan. Inilah seni indah sebuah dualism akan cinta pada Ilahi dan ketaatan pada bisik rayu iblis. Mereka menyerukan kedamaian dan kemewahan dengan genggaman tangan bersepuh emas menawarkan janji-janji surga milik mereka
namun mata-mata para syuhada-Mu tak sudi melihat …
bagi mereka jika bujuk rayu tak mampu memalingkan wajah kekasih-Mu maka hanya ada bahasa darah. Ramadhan tahun ini seakan menjadi arena kesabaran bagi para kekasih-Mu, Ilahi… manakah yang beriman dan manakah yang munafik.
Bahasa jaman akan mengungkapkannya tanpa ampun.
Semua tak akan mampu menyangkal kebenaran yang hakiki.
Apakah pada Ramadhan tahun ini
akan kuraih jalan Cinta kembali pada-Mu, Ilahi … semoga. Amin.
11-9-2006


Lazuardi yang sama
Aku sering terpesona oleh lazuardi angkasa
dimana kakiku berpijak aku berpikir samakah langit dimana-mana,
entah di Surabaya atau di Jalur Gaza.
Debu-debu beterbangan menimpa wajah-wajah duka ada yang menangis dalam tawanya menatap kosong pada bekas genangan darah di tengah jalan berlubang,
anak-anak yang berangkat ke sekolah di bawah todongan senapan pasukan Zionis
mereka menatap dalam ketegasan yang tak kunjung dimengerti.
5 tahun Pemboman WTC, 11-9-2006


Pusaran kegilaan cinta
Aku sering bertanya-tanya sendiri tentang cinta pada jiwaku
entah dalam kegelapan jiwaku atau ketenangan nuraniku
aku menemukan banyak versi dari definisi cinta tersebut
apakah aku tak sedang mencoba menipu diriku sendiri saat ini?
Dengan pengertian bodoh dan bohong tentang sosok cinta
di masa laluku aku mengatakan dari mulut lahirku
bahwa tak ada belahan jiwa tak ada cinta pada pandangan pertama.
Itu bohong … aku terus mempercayainya.
Aku terus berkecamuk dalam pusaran kegilaan akan cinta itu sendiri.


Mutiara di masa datang
Aku baru ingat kembali akan mutiara yang kugenggam di masa lalu tentang setiap helaan napas manuisa yang akan selalu diperhitungkan dosa-berkahnya dan aliran takdir didalamnya. Bagaimana di Hari Yang Dijanjikan tangan-kaki-hati-mata …
bersaksi disana akan segala perbuatan manusia.
Tiap manusia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.
Bisakah kita menentang laju takdir Ilahi …
Kenapa manusia terpasung dalam gelimang dosanya tanpa melihat kerapuhan jiwanya.
Kemana kakinya melangkah ketika jaman telah berganti makin gelap dan tak berarah.
Manusia menangis di hadapan Ilahi-nyamenangisi sebuah kemustahilan bahwa segala sesal tak akan berguna. Ia telah lalai terjatuh dalam tumpukan bara dosa
yang membelenggunya untuk selamanya.


Bara api yang berbeda
Di matamu telah kutemukan bara api yang berbeda … telah kucari berulang kali.
Kutengadahkan mata batinku namun tak jua kunjung kumengerti.
Bara jiwa yang berbeda itu kini mata jiwamu bagai belenggu sesuatu yang tak kau mengerti. Aku menangkap sebuah kekerdilan jiwa yang memilih bebas dari penjara itu.
Aku menatap matamu dan aku seolah menemukan jalan keluar dari segala keterpurukan yang menodongku. Sekian kali aku meratapi diriku yang menjauhi jiwamu
namun keputus asaan seolah menghalangi segala bisik lirih nuranimu.
Apa yang terjadi di masa lalumu? Kemana kau yang suci kukenal dulu?
Kau tersakiti oleh kepalsuan lidah manusia bertopeng kebajikan semu atau kau yang terlalu naïf memandang jaman. Aku menatapmu dari keterasinganku meski tak kumengerti namun semuanya telah terbelenggu meski mulutku mengatakan ‘Aku cinta padamu’ namun tatap mataku kosong … meski hatiku terpedaya olehmu namun otakku memenangkan ulah radikal logikaku.
Oktober 2006


Ramadhan
Kembali aku menyusuri jalan lurus tanpa ujung sambil sesekali menengadahkan kepala
kearah lazuardi yang memutih bagai kapas.
Debu-debu bekas mesiu beterbangan menerpa wajahku
kapan lalu di tanah tak bertuan ini menjadi saksi bisu pertempuran dasyat antara kebaikan dan kejahatan.
Tank-tank Israel sesekali betebaran menukik tajam …
Ramadahan telah datang lagi dan aku hanya melihat kegundahan di mata mereka
namun ketegaran kian membara.
Ramadhan tahun ini akan menjadi ujian terberat bagi orang-orang beriman.
Manusia-manusia yang akan terlepas dari belenggu dosa yang selalu digenggamnya.
Aku tersenyum menatap mereka dan air mataku mengalir tanpa bisa dihentikan.
9 ramadhan 1427, 2 oktober 2006

Mencari Tuhan di lorong waktu
Tersungkur pilu mencari penghayatan cinta …
meratap penuh duka di atas genangan air mata yang merajam disini diatas sajadah ini …
aku menjatuhkan jiwaku … aku meratap aku menangis aku bersimpuh…
dalam dekap nurani yang terus memeluk aku terlempar dari keindahan sujud
namun aku kembali merangkak menghampiri kesyahduan sujud ke Ilahi
aku telah jatuh ketika aku jauh dari-Nya telah kugenggam bara dosa di tanganku
panas baranya membutakan mata hatiku namun belas kasih-Nya sekali lagi menyelamatkan aku dosa-dosa itu bagai bara api yang membakar tubuh ukhrowiku
dosa-dosa yang terus diinginkan oleh manusia dengan satu kalimat pembenaran diri.
‘ Ah, masih ada hari esok untuk bertobat … ‘
apakah aku bisa menjamin akan ada hari esok
usai dosa-dosa kutelan aku tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti.
Bagaimana jika aku mati sebelum aku sempat bertobat?!
Bagaimana jika aku belum memohon ampun pada-Nya
ketika aku berdiri di hadapan-Nya kelak di Padang Masyar.
Bagaimana jika aku terus memanggul dosa-dosa itu di kedua pundakku.
Bagaimana aku mempertanggung jawabkan segalanya di hadapan Ilahi.
Salahkah hamba dengan keyakinan hamba---
salahkah hamba meyakini adanya Cinta dari-Mu, Tuhan ?!
Salahkah hamba jika hamba mengiba penghambaan pada-Mu, Ilahi …
Hamba datang karena ingin dekat dengan-Mu lagi, Allah.
Hamba telah berlumur dosa dan hanya Engkau Sang Maha pengampun
yang mampu memberi pertobatan pada jiwa rendah hamba.
Oktober 2006


Sang pendosa
Bagaimana aku bisa terpedaya oleh dunia yang fana ini
seluruh jiwaku melayang di antara hamparan keputusasaan aku ternoda oleh buluh jiwa yang merajai terpesona aku dalam untaian lazuardi kepalsuan aku telah menjadi pedih
aku telah menyamar menjadi kebobrokan yang tak kupahami bagaimana aku mampu menghadap Ilahi tanganku telah berlumuran dosa tanganku terus mengetuk pintu-Nya
ketukanku makin keras namun aku tak memahaminya kenapa pintu pengampunan itu belum terbuka untukku aku ketakutan !!!
aku bagai berlarian di antara pasir-pasir pantai tak bertepi air mataku telah menjadi genangan darah yang melumpuhkan nuraniku
aku berteriak memohon ampunan-Nya
dosaku telah menenggelamkan aku dalam lembah tak bertuan.
21-11-2006


Titik Ilahi
Jiwaku berserak di antara debu dunia
dosa telah menyaru menjadi cahaya yang redup dalam jiwaku berulangkali ia menyaru menjadi Iblis yang membisikkan kalimat pembenaran diri atasnya.
Dosa, kau telah memilih kerapuhan jiwaku
dalam mempermainkan kenyataan abadi sebuah kebenaran hakiki.
Apakah kau menodai kemurnian jiwaku dengan warna kotormu.
Semua jawab itu telah kuperoleh namun aku mengabaikannya ini kebodohan yang menyaru dalam dunia cendekia yang membara dengan mulut-mulut tajam penuh kebohongan telah kau tanamkan berjuta duri dalam darah daging jiwaku kudengar iblis tertawa di kejauhan sudut jiwa namun serasa ia bersemayam dalamku
nuraniku terus memberontak ia teraniaya terbelenggu mengaduh merintih dan terpenjara lubang kenikmatan semu sesaat lalu kurasakan panasnya siluet neraka
bergolak berkelahi dengan tarian api dosa para pembangkang itu.
Kudengar teriakan mengiba nuraniku ia terluka, ia terjatuh, ia tenggelam sambil nyaris memejamkan mata oh, air mataku mengalir tak kuasa kuulurkan tanganku menggapainya
aku telah mengenakan jubah berduri-duri tajam itu menodai kemurnian nuraniku
aku kembali bertanya tentang titik Ilahi …
titik yang tak akan ternoda oleh kekotoran manusia
titik yang selalu membisikkan kebenaran pada manusia
apakah aku masih merasakannya …
Desember 2006

Pertaruhan cinta
Aku telah bertaruh dalam hatiku tentang cinta …
tertawa dia menudingku keras tamparannya menyudutkan aku
lidahku bagai membatu kutukannya menyayat tajam di jiwaku
telah ternoda kesucian abadi
malam semarak bau wewangian yang tak jelas menebar kemana
cinta menebar wewangian namun syair keabadian tak mampu ditorehkannya
sapuan kuas diatas kanvas jiwaku hanya menggambarkan noda hitam
oh … malam telah semarak kalimat-kalimat rayuan penuh pemujaan cinta
namun tak terpahami maknanya
telah terjatuh kuas itu ke lantai mengotori kesuciannya manusia mencoba membersihkannya namun nodanya makin menghitam menggenang pekat
dan telah menjadi hujan air mata dia adalah sosok pecinta yang kelabu mencoba menyembunyikan asap yang telah membumbung ke atas langit-langit jiwanya
dia adalah sosok pecinta yang tak bisa memahami cinta
dia telah tertipu namun dia terus menorehkan sapuan kuasnya
di atas kanvas jiwanya ia meneduhi cinta dan dirinya namun ia terus terbelenggu ia mencintai sosok pecinta namun ia telah terpedaya dunia
cinta adalah milik mereka tanpa sadar …
Januari 2007


Sajak pawana di Ramadhan suci
Senyap serasa sesak di hati dijiwa diraga namun …
kucari sajak pawana menghibur hati di bulan suci ini Ramadhan
berlimpah asa tertumpah segala jejak dosa yang merajam jiwa di jalan suci ini pengampunan sedang di cari diantara bilik-bilik ragam doa di sudut-sudut sepertiga malam alas kaki manusia terbelenggu di depan pintu Ramadhan
bersimpuh haru menumpahkan setetes air mata mengiba
aku telah merasakan sesak di hati di jiwa dan raga namun tak jua kurasa sesal
Ramadhan ini telah membimbingku mengulurkan lembaran-lembaran pengajaran akan cinta sejati milik Ilahi mendung telah menggayut di pelupuk mata
ah … kiranya akan turun hujan air mata manusia harus mencari tempat berteduh
di bawah naungan cinta-Nya yang tak berbatas aku telah tertipu rayuan jaman
aku menyerah di tengah tapak-tapak kokoh kebimbangannya.
Jiwaku melara Bulan Ramadhan telah datang menyinari hatiku,
membangkitkan secercah nurani yang kabur bersama kabut dunia
kegelapan sekian waktu menaungiku tapi Allah masih memberiku kesempatan
untuk mencintai-Nya kembali melalui bulan Ramadhan.
Pengkhianatan yang telah kulakukan pada ramadhan lalu diampuni-Nya tanpa syarat.
Janji-janji-Nya adalah nyata tak seperti janji-janji makhluk-Nya.
Cinta yang dimiliki-Nya demikian luas hingga tak sanggup seorang hamba menampungnya. Berjuta lautan, berjuta bintang, berjuta langit dan berjuta planet tak terbatas … tak akan sanggup menggambarkan Cinta-Nya
pada hamba-Nya yang beriman.
19-9-2007
Persaksian angkara
Aku terpasung dalam dosaku secercah harapan menantiku
di jalan setapak suci bulan Ramadhan tergerai segala ingin yang meronta
jiwa telah melara, menepis duka di balik sujud syahadat.
Oh, persaksian telah terceraikan oleh angkara nafsu.
Kembali kutengok kebelakang
Jiwaku melara, menangis pilu meratap di atas sajadah
Ramadhan tahun ini seolah menampar kebodohanku
akan pengakuan ego yang mengemis, mengembik, mencari sesuap pengampunan
manusia ternoda oleh putus asa yang merajam kehidupannya terkadang hati tak berteman dengan logika namun telah kucari hakikat keindahan dibaliknya
diajarkan seninya Ilahi mencintai hamba-hamba-Nya disana
namuan manusia terbelenggu ragam pengabdian palsu dirinya,
terjebak dalam kotak ketakutan yang dihembuskan egonya.
19-9-2007


Terberai di jiwa
Derai air mata menangisi dosa yang terberai
di jiwa manusia telah mengenalnya
namun enggan melabuhkan hati ke dalam asa.
Asa terperi menjarah miliknya.
Terbenam ia dalam putaran duka yang melara.
Keterasingan menjamah senyumnya
terdiam ia dalam kurungan semu sebuah hidup.
Kehampaan semakin mengayominya.
26-8-2008


Renungan senja
Terlelap aku oleh renungan senja
melara hatiku kala aku menegnangmu
kesombonganmu telah membunuh jiwaku
dan aku terjatuh oleh satu renungan kegalauan
aku telah menyapa sepi dan sepi menangkapku dalam kurungan sendiri
aku terjatuh dalam derap duka yang kian kali tidak aku pahami
aku takut menebar prasangka
dan aku takut terbuai segala permainan keadaan dan perasaan
aku hanya menginginkan kepastian dari senyum dan sikapmu
di senja itu aku mengenangkan ketidakberadaanmu
kucari kau dengan hatiku namun tak kurasakan perasaan yang sama
siapa yang kau kenangkan dalam angan bawah sadarmu
apakah tak bisa kubuka hatimu denagn ijin Allah hamba yakin bisa!
Me 2004


Kekuatan abadi
Aku menantimu di sudut hatiku
dengan doa hanya doa sesuatu yang mengakrabkanku dengan-Nya
aku bercerita apa yang menjadi kendala jiwaku
jangan kau pandang doa sebagai remah berserak
doa adalah kekuatan abadi manusia yang diberikan Dia
untuk manusia makin dekat dengan-Nya
Dia tak akan kehabisan stok di Gudang Doa karena ku-mendoa pada-Nya
aku sayang kamu hanya itu kini kata keabadianku aku cinta kamu. Insyaallah.


Aku dan sendiri
Sepi selalu menemukanku dalam sendiriku
kerap ia menghiburku walau sering aku putar tanpa sanggup aku jalani
sedih telah menjadi sahabat abadiku
namun tak sedikit pun ia sanggup aku sapa dengan ramah
sunyi telah menjamah jiwaku namun tak sekalipun aku mencintai dia
aku menanyakan duka pada bahagia namun selalu berpaling dengan angkuh
tanpa menatapku ia pergi meninggalkanku sepi
aku menanyakan kejahatan pada kebaikan
ia tertawa sambil berlalu sangat misterius
seperti halnya aku menanyakan himpunan rahasia
pada sosok-sosok jaman siapakah sosok-sosok jaman itu ?
Ia adalah kalian, manusia !
mereka akan diam seribu bahasa enggan memperdebatkan
aku seperti halnya sosok jaman yang kelam
terus diputar melawan arus namun selalu karam oleh hantaman kehidupan
jiwa nuraniku bergolak menyangkal sepi
ia demikian lantang berperang mendesak rapuh kesendirianku
dan aku terpengaruh nuraniku demi sejati sendiri aku dan nurani.


Menekuni jiwamu dalam lubang jiwaku
Aku terkurung dalam lubang hitam
meringkuk takut dalam lorong kelam
hanya aku bersama tangisku lemah dan syahdu
aku nyaris mati oleh desak kalbu yang tak kumengerti
menekanku dalam pilu kepekaan telah merajamku
aku makin tak mengerti akan diriku
aku terus mendengar suara-suara mencerca
namun aku terus terlelap dalam takut dan gila prasangkaku.
Kucari dirimu di bilangan senja namun tak jua kukunjung temui
aku menekuni sepiku sendiri terhalangku oleh jutaan bimbang
tanganku seakan tak kuasa menggapai
aku hanya meratapi duka kubiarkan jiwaku melangkahi kekosongan
aku memuja duka selama ini sebelum aku melihatmu sebelum aku tergetar jiwamu
dan aku hanya terbelenggu rantai takut aku mencoba memohon keberanian
namun aku tak kuasa menepis satu angan sedih
aku hanya mendengar angan kosong selama ini
sebelum menatap senyummu dan menekuni jiwamu.


Jiwa manusiaku
Terpuruk aku oleh anganku yang tak kumengerti
aku hanya menagisi kerapuhanku
semua mengatakan kebodohanku keterlambatan konyolku atas perasaanku
ketika nyaris aku kehilangan arti ini aku bagai tenggelam berenang-renang di lautan
tanpa ujung tanpa garis batas terusku berenang menggapai
namun aku selalu karam dengan kaki-kaki jiwaku melemah
dan aku terseret arus entah kemana aku berteriak “ Tolong ?!”
tanganku menggapai napasku berhenti dan aku nyaris terapung
aku terus menggapapi kepanikanku atas duka
disaat ini aku menegadahkan tanganku memohon-Nya tentang kita
cinta ini mungkin akan menyakitkanku namun kutak peduli bukan ku menentang-Nya
bukan ku mengelak jawab-Nya namun aku hanya manusia
aku merasa hidupku berarti ketika aku mengingat-Nya
aku merasa damai ‘ apa kurang Cinta-Nya padamu ?’
sentak jiwaku ‘ tidak ! Bukan itu ini sesuatu manusiawi.
Jiwa manusiawiku yang melayang bebas merasa damai.
Aku hanya memohon lepasnya duka aku perlu cinta ini.
Allah tidak akan memberikan kesulitan tanpa makna padaku.
Dia pasti mengijinkanku terus berjuang.


Hatiku pun diam
Aku ada dimana saat ini
kenapa hatiku tak mampu bicara terjerat aku oleh kekejaman ini
aku hanya mencoba menipu laju waktu tapi tak mampu
aku nyaris berhenti rasanya aku tak sanggup
aku tak tahu sampai kapan melalui semua ini
aku tanpa semangat dan telah patah aku patah semangat.
Sendiri aku dalam ketakutan yang tak kumengerti
aku membiarkan ketakutanku itu memenuhi jiwaku
aku merasa tercabik-cabik kuku-kuku jaman aku hanya diam
aku berdiri mengenangmu menatapmu dan kau menatapku … aku tersenyum.
Tak kupahami
Aku mencintai seseorang dan itu pun aku meragukannya
bukan secara lahir yang terlalu menipu
tapi sesuatu yang tak kupahami aku mengalami kekosongan
dan aku merasa dalam keseimbangan yang nyata karena hidup adalah keseimbangan


Berkelana bersama angin
Aku seperti pengelana di tanah asing
tanpa aku memiliki bekal
aku harus berjalan lurus kearah gurun pasir yang mencekam
angin terus bergolak tanpa putus asa dibelakangku
seakan sayup tarian padang pasir berkelana di kaki-kakiku
aku lihat tarian angin dibelakangku mencari-cari bentuk kesatuan
dan aku berkelana sendiri tanpa bisa kusangkal.


Cengkeraman lembut-Mu
Wahai Engkau Yang Maha Mengetahui tiap isi hati hamba-Mu
Jiwa ini memiliki dasar namun kutak mengerti
kebingungan terus merajaiku
bagai cengkeraman lembut-Mu Penguasa raya Keabadian
Kau membimbing langkahku menuju keyakinan
namun aku masih terjebak di kubangan semu anganku
aku terdiam membiarkan diamku
bagai musafir bodoh di untaian padang pasir
hampa menyapaku sepi namun aku makin sendiri
air mata tak terbendung aku terpuruk sendiri dalam genangan asa
namun kutak lagi mencari di tengah sepi aku hanya menangisi kosong
dan tanpa aku sadari air mataku membawaku terlelap ke negeri lain.


Jiwa ini terperangkap
Jiw aini terperangkap oleh sendiri yang tak terjamah
aku hanya merasakan galau
aku menekuni kesendirian namun jiwaku menyuarakan pemberontakan
aku demikian mencinta namun kutak tahu rasa ini
Bukan hanya cinta
Ini bukan tentang cinta
kubiarkan saja semua kegalaun itu merasuk dalam jiwaku
aku hanya berusaha berdiri tegar menantang dinding-dinding jaman
angin dasyat menghadangku mencoba melumpuhkanku
surut langkahku untuk terus mendamba tapi penghambaan tetap berlaku
meski duri-duri tajam menusuk-nusuk kaki-kaki dan lututku untuk sujud
alangkah dungu aku dengan kesombonganku yang coba menguak rahasia sepi
jaman telah berganti dan aku masih terbelenggu dalam suasana kegalauan
kesunyian telah rela merangkumku dalam lembah duka mengganti ketakutan abadiku
namun ku mencoba menjalani keganasan ini
bagiku semuanya hanyalah misteri yang tak terpecahkan
karena keputusasaan yang kian merajai segala benakku memilihku untuk lepas
dari kekangan kekelaman derita segala kebenaran yang ada telah terhalangi prasangka
duka hatiku merasakan sepi yang kian menyayat bagai damai musim yang tak patah
tak terbantah terpedayakah aku oleh dunia ?
kegalauan telah mengekangku kuat dengan tali-talinya
sesuatu yang sangat membunuh jiwaku adalah kegalauan yang membingungkan


Memanjat dinding sepi
Segalanya telah mengalami masa kegalauan dan aku mengalaminya berulangkali
tanpa kucoba untuk putus asa pernah satu kali kucoba memanjat dinding sepi
dan kabur dari dunia nyata
kucari dunia keheningan yang hanya satu dan aku menemukan kedamaian
tentang arti sejati dunia yang hanya permainan belaka
hidup adalah rangkaian permainan menyenangkan
yang memancing kegetiran bersikap
menyenandungkan segala pekik takut dan galau sebenarnya tak perlu
cukup hidup ini sebagai peristirahatan karena hidup laksana kita tidur dan bermimpi
waktu yang menyadarkan aku akan arti gelisah dan kegalauan meski terbayang.



Lukisan awan hitam
Kubawa diriku melayang bersama dua jiwa melangkahku dalam seribu keputus asaan
aku kian larut oleh derita asa dan aku terpuruk di kedalaman jurang sepi
aku semakin menangisi permainan awan-awan hitam
di angkasa kota seakan membentuk lukisan keabadian
dalam kengerian histeria manusia aku masih berdiri di tengah terpaan hujan
menatap padang gersang menghitam di langit siang
mencoba mencari arti keseungguhan cinta
di mata mereka tertera kerlingan dan aku nyaris jatuh terlena oleh mereka
tercabik oleh dukaku sendiri yang sengaja kupilih
aku kerap kali berseteru dengan amarahku mendamba segala kepalsuan
yang selalu muncul lagi dalam wujud bunga mawar hitam
dan aku terjaga mendengar semerbaknya menyentuh jiwa
aku terlahir dalam kebimbangan dan aku terus mengalaminya
seakan aku membiarkan duka menyelimuti diriku
tak kutemukan tawa dalam tiap perjalananku
semacam tawa tulus menghibur terkadang tawa-tawa itu mengkhianatiku


Menyapa dinding sepi
Aku tak tahu sepi terasa sejuk di jiwaku seakan angin menyapa di keremangan pagi
aku terdampar dalam lamunan tanpa ujung
serasa duduk di tepi dermaga yang menanti perpisahan
aku termangu oleh pesona langit benang jingga seakan menanti sosok sepiku
aku dalam penantian
aku dalam kekosongan hanya perlu sendiri menyapa sepi
aku terpaut oleh keputusasaan
menyadari kesendirianku menyapa dinding-dinding sepi
merobohkannya dengan tangan-tangan tergenggam erat
aku terbelenggu oleh tali-tali keabadian jaman sebuah makna kodrati seorang wanita
sayup terdengar suara kebisingan jaman namun aku harus kembali bangun dari tidur panjangku meratapi segala hanyutku atas nurani berteriakku
ingin kuseberangi samudera hidup dan tak akan pernah kembali namun itu tak mungkin
jiwa wanitaku pasti melawan tapi jiwa spiritualku pasti yang menang.



Pena tak bertinta
Ketika aku mati berapa orang yang akan menangisi aku
aku kadang memandang duka dari sudut tawa yang tak kumengerti
darimana sebenarnya sedih berawal ataupun kemana ia berakhir
aku kadang tak tahu kenapa aku melanglang kealam khayal
saat aku sedih mengapa kalut hatiku merencanakan masa terkurung masa depan
kuguratkan namaku di pena tak bertinta
hanya untuk melukiskan rinduku yang tak akan terbalas


Sayap hatiku
Aku ada dimana saat ini
kenapa hatiku tak mampu bicara
terjerat aku oleh kekejaman ini
aku hanya mencoba menipu laju waktu tapi tak mampu
aku nyaris berhenti
aku tak tahu sampai kapan kulalui
aku benar-benar tanpa sayap
dan patah aku telah patah
kenapa sayap jiwaku patah


Kudamba sepi
Bila kutelusuri jiwaku dalam kelamnya hati
tak lagi kudamba sepi
kumerenung dalam kotak jaman
terkurung tanpa sadar
tertengadah jiwaku ke sudut temaram jiwa
oh, jiwa …


Bilangan awan semu
Sayup seakan kudengar rintihan disana
aku menatapmu dalam bilangan awan sendu tak bertepi
dan aku terbelenggu oleh takut ini
takutku memandangi aku dari dasar hatiku
takut membayangi segala desah bimbangku
aku terpasung dalam sepi tak kunanti
aku terpuruk oleh pesonamu
namun aku tak memberanikan jiwa untuk mengejarmu
aku kian terpedaya oleh tangisanku
mengiba jiwamu yang merana
aku terbimbing oleh Tangan-Tangan Perkasa Yang Tak Terlihat
entah api keberanian ini dari mana
aku hanya terdiam
aku menangis bulir air mata jatuh ke tepian jurang ego
runtuh egoku runtuh dan hanya kudengar suaramu sapamu
aku terpidana oleh sesak tangisku
aku lumpuh oleh hawa yang tak kumengerti


Memohon-Mu
Allah Engkau Yang Maha Memberi Cinta
dalam jiwa hamba maka aku menunut-Mu atas jawaban.
Hamba mencintai seseorang
dan hamba memohon balas cinta itu
jika Engkau ijinkan jika tidak
tolong hamba bagaimana penyelesaiannya.
Jangan tempatkan hamba dalam kebimbangan.


Separuh jiwaku
Aku terhanyut oleh duka cinta yang tak kupahami
untuk sekian waktu keberanian telah surut hanyut
aku surut langkah aku hanya memendamnya aku hanya memandanginya
aku melihat tawa-tawa mereka dan aku tinggalkan
bahagia-bahagia jangan jadi kutukan bagiku.
Bahagia … aku tak lagi melihat bedamu dengan sedih kurasakan sama
dan aku makin gila oleh rasa terpendam ini aku makin gila oleh rindu ini
aku makin hilang oleh cinta ini
aku terus menangisi kelemahanku mengangankanmu dalam jiwaku
baru kusadari separuh jiwaku telah lenyap bersama menghilangmu
tanpa kalimat-kalimat panjang aku menangis.

Bilangan sepi
Aku diantara bilangan sepi menangiskan kau di sudut ibadah
tangis suci yang takut pada-Nya ketika sadarku mencintaimu senja itu
aku terbuai dan tenggelam dalam dzikir panjangku
melantunkan kalimat-kalimat suci-Nya
entah terbimbing oleh apa kegundahan hatiku
menjadi rindu yang menggila
aku merindukannya


Maaf cinta
Separuh jiwaku pergi ke awang-awang
terbang menukik dasyat serasa tak ingin kembali
aku terbungkam oleh sosok senyummu
kucoba mengikutimu seperti dulu
namun tak mampu kuberanjak berat langkahku menyamakan seleramu
duniawiku telah kalah jauh dari ukhrowiku
maaf aku pergi !


Keberanian dari-Mu
Ya Allah hamba berdoa pada-Mu
semoga masalah dunia yang hamba takuti ini
tidak sampai membuat rasa takut hamba pada-Mu hilang
bahkan mengalahkan takut hamba pada-Mu.
Ya Allah hamba memohon berilah hamba
ketakutan hanya pada-Mu
dan agar hamba memiliki keberanian
dalam menghadapi segala masalah dunia
yang menghimpit hamba saat ini.


Kelopak asa
Aku mencari hatinya
cinta adalah bilangan sendu sebuah kekuatan
cinta adalah keindahan namun sendiri
aku melamunkan cinta dalam kilatan hatiku
dan aku menyendiri untuk menamai rasa ini
bagiku ketidaktahuanku akan cinta
adalah kerinduan itu sendiri.
Gusti, aku mempertanyakan diriku
dalam kelopak-kelopak asa
aku menggelepar sendiri dalam bisu.


Menanti Cinta
Aku menanti cintanya
namun aku tertidur sendiri
dalam sesak tak berujung
aku menengadah mengharap
menangkap bayangmu
menjawab sapamu
aku menapaki jalan hampa.


Kaca-kaca jiwaku
Aku terdiam aku menangis
menangisi sesuatu yang tak kupahami
inilah patah hatiku inilah patah sayapku
kudengar suara kaca-kaca jiwaku
pecah berantakan tinggal serpihan kecil
beterbangan di relung-relung jiwaku
aku tak berniat memungutinya
kegaduhan telah kujadikan musik abadiku
suara kaca-kaca pecah jiwaku
yang bisa hanya kudengar
Ya, Allah apa arti semua ini
hamba mulai mempertanyakan semua
hamba kebingungan tanpa arah
sekali lagi hamba hancur pecah


Seribu nyawa
Kau tidak sendiri ketika kau menangis
kau tidak sendiri ketika kau banjir darah
kau tak akan sendirian meski untaian bom membelah tanah Al Quds
kau tetap tidak sendiri
berdiri kokoh bagai tiang langit.
Palestina, meski ulama-ulamamu
cendekia-cendekiamu,
pejuang-pejuangmu wafat terberai
tak ada bekas tercabik rudal setan Israel menghenti
tapi akan kau lahirkan syuhada-syuhada baru
kau siapkan pejuang-pejuang Islam
yang rela bersumpah dibawah Al-Qur’an
berlinang air mata ibu-ibu,
wanita-wanita muslimah mendengar anak-anaknya,
suami-suaminya syahid
tapi tak berkeputus syuhadamu
lemparan batu berdesing kearah tank-tank Israel
dibalas dentum senjata berat.
Tak gentar syuhada-syuhada cilik itu
seakan memiliki seribu nyawa.
Palestina … Palestina … setiap hari disana
langit selalu sama namun angkara di hati musuh-musuhmu
tak akan pernah berubah selalu sama pula.
Palestina yang sedang berjuang dan terus …


Merasuki jiwa
Sepi dan kurasakan diriku yang makin pilu
aku tak mengerti apa yang menghinggapiku
mungkin hanya hampa dan kekosongan
aku hanya mencoba merasuki jiwa
namun tak kutemukan diriku
aku sendiri dalam sepinya jiwa
serasa aku ini kehilangan arti hidup

Tidak ada komentar: