Kamis, 09 Oktober 2008

Mencari-Mu

Mendamba Cinta
Kucari Tuhanku di lorong-lorong waktu
aku bersimpuh,
mengaduh,
menangis pilu disana.
Waktu telah melampauiku.
Dia terus berlari meninggalkanku meski aku didera duka
namun Dia tak akan kembali.
Aku terbelenggu jurang kebodohanku sendiri
berkelana dalam ruang-ruang dosa yang tak kupahami.
Ingin kubuang segala perasaan sehingga tak ada lagi cinta
namun aku terlanjur cinta maka aku pun berjanji
aku pun telah bersaksi
bersimpuh pilu di haribaan Cinta. Aku telah menjadi sosok pecinta yang mendamba Cinta yang kapan lalu lenyap dalam pendaran putus asa.
Aku terpuruk ketika kuputuskan tak mematuhi-Mu
aku hancur ketika aku jauh dari-Mu
aku tak lagi merasakan beda antara sedih dan bahagia
aku mengaduh atas lenyapnya perasaan manusiawiku Tuhanku,
aku mensyukuri keadaan ini
namun sekaligus takut akhirnya aku mengetahui dan menemukn lagi apa itu perasaan takut.
Hidup dalam ketakpastian adalah sangat menakutkan padahal berapa banyak kita dalam keadaan itu … selalu …

April 2006

Aku sedang mencari-Nya (lagi)
Jiwaku rapuh ternoda.
Hatiku merana terberai dengung suara hatiku
menggelora terpasung patah suara jiwamu
telah kutorehkan segala kebeningan nurani
namun aku terus melangkah dalam kubangan semu dunia
yang membentuk rona-rona kotor sebuah kebimbangan.
Kau datang dengan mulut penuh madu racun manismu ?!
Kau lupakan noda-noda bagai sembilu yang merampok kebebasan jiwaku.
Kau tak menyadari rantai-rantai pasungan jiwamu
telah merajamku dalam gelimang pemujaan semu.
Aku memujamu bak Dewa Cinta.
Aku telah tertipu silap mata lahirku sendiri.
Sembilu-sembilu jiwamu telah menggerogoti jiwaku
bertahun-tahun tanpa kau sadari dan tanpa kau tahu salahmu.
Aku telah sekian kali menatapmu dari sudut masa lalu
dengan cinta yang sangat naïf
namun dimana nuranimu yang pernah menjadi lentera bagiku di masa kegelapan itu.
Ketika aku terus menyusuri lorong-lorong gelap itu
dengan nyala obor di tangan kanan
terus mencari ke dasar jiwa akan makna kebenaran dan cinta sejati
tapi kau telah merampas api itu
kau ganti dengan api lain yang nyalanya tak kumengerti
karena ketika kau berikan api itu untuk menerangi lorong ini,
mataku tak mampu melihat dan menemukan kebenran.
Kau katakan inilah api yang benar
tapi yang kulihat hanyalah seonggok sampah.
Aku pun meninggalkanmu.
Kau yang telah berubah …
kau yang telah menggenggam bara api
yang telah lama ku padamkan di masa kegelapanku.
Itu adalah api di masa laluku
tapi telah kau puja bak Dewa.
Aku masih mencari cahaya yang lain
yang terus membimbingku menuju cinta abadi bukan cahayamu tapi cahaya-Nya.
Aku sedang mencari-Nya kembali dan aku tak mencarimu.
31 agustus 2006

Tidak ada komentar: