Kamis, 09 Oktober 2008

aku mencari AKU

aku mencari Aku
aku mencari Aku di tengah ribuan kehampaan di tengah lembah kebimbangan
merasakan terpuruk di jurang takut dan nestapa memendam berjuta dendam dari kalam hati menutupi banyak duka dengan senyum tak pasti
Aku, dimanakah Engkau, jangan meninggalkan aku meski jiwaku masih bersemayam dalamku karena tanpamu aku mayat hidup
aku hanya berjalan tanpa tujuan dan aku kian tersesat dalam labirin-labirin semu keterasingan akan diriku
aku tak mengerti makna jiwa yang didendang para penyair itu
mereka, aku, dia dan manusia lain hanya kian panic atas pencarian jiwa dan diri mereka
hanya jiwa mereka dimana jiwa hanyalah kamuflase
mereka tetap memiliki beragam jiwa dan perilaku tak ada kesatuan, tak ada ke Akuan pada diri mereka, kami dan aku itukah akhir pencarian
Aku hanya menanti terjadinya aku yang lain dari aku-aku yang lain dari aku yang lama hanya melahirkan keegoisan baru dimana hanya memandang ‘Aku’ mereka sebagai ‘Tuhan’ bukan Aku dalam artian hakikat tapi ‘Aku-Aku’ dalam penyimpangan dan perbedaan jiwa jika mereka, aku, kami, engkau menemukan Aku
seharusnya tak ada perbedaan karena Aku menciptakan aku-aku
sebagai satu jiwa dan satu kesamaan bukan perbedaan
meski Aku menciptakan berpasang-pasang aku dengan banyak dualisme, satu pendiam-satu perusak, satu religius-satu sekuler tak banyak beda semua sama dua sisi cermin yang tampak beda itu sebenarnya satu seperti dua cermin yang direkatkan
samping kanan dan samping kiri membentuk sudut 45 derajat dan aku melihat masing-masing sisiku dalam cermin-cermin itu tak ada perbedaan seharusnya aku-aku itu sama
aku terus mencari Aku meski tersandung-sandung batu kemunafikan
mempermainkan ribuan kata-kata jerat bohong melahap ratusan dendam dan benci
mengenang keterasinganku pada kegelapan memuja keputus asaanku
mengklaim keakuan sebagai kemuliaan yang tak kunjung padam hancur
dan terbakar mendengarkan kekosongan jiwaku
mengacuhkan lawan-lawanku tak memperhatikan kawan-kawanku
aku memilih terjerembab dalam’Aku’ memilih tertawa dalam tangis-tangisku
sambil menutup kedua telingaku dari cercaan aku-aku itu
mereka mengklaim penemuan ‘Aku’ padahal mereka hanya menemukan jiwa
Aku-Aku mereka aku kamu kami menggerogoti pengertian hakiki atas Aku yang sebenarnya mereka tetap sosok-sosok aku yang pandai berbohong, menipu, bersilat lidah, KKN dari mulai anak SD sampai mahasiswa …
dari mahasisiwa menjadi pejabat hingga menjadi rentenir, pemerkosa, penjagal, pembunuh apa pun sebutan klaim ‘Aku’ itu …
‘Aku-Aku’ itu bukan Aku
mereka setan-setan yang menyaru menjadi Aku dalam aku-aku mereka
aku mencari dalam jutaan renungan kehampaan
semakin langkahku berjalan di antara pasir-pasir jaman
aku semakin menyadari bahwa aku tak perlu mencari Aku itu lagi
aku telah menemukan-Nya keindahan-Nya
dalam diri aku sedikit mengerti akan sifat-Nya
apa makna-makna banyak kejadian di alam ini yang menimpa aku
aku tak lagi menangis dalam tiap tawaku
kesedihan itu telah jauh dari aku karena selalu ada Aku yang menolong aku
aku belum bertemu Aku itu tapi keberadaan Aku yang memancing banyak perdebatan kaum atheis itu aku rasakan ada dan mutlak
kasihan aku-aku yang kebingungan dan terus mencari ‘Aku’ itu
kebingungan itu membuat mereka mengabaikan kenyataan abadi dalam Aku hakiki
aku terus mencari ketika aku jatuh aku nyaris kehilangan Aku
aku menangis di tepian laut suram mengenang duka menjerat kebekuan hati
Aku dimana Engkau Aku jangan tinggalkan aku
aku terjatuh, bersujud dan menangis ke arah Aku
Dimana pun Engkau Aku aku pasti akan menemukan-Mu kembali
Tak ada mereka, kami, kita, aku, engkau, siapapun, karena hanya ada Aku.


Kudamba sepi
Bila kutelusuri jiwaku dalam kelamnya hati
Tak lagi kudamba sepi
Kumerenung dalam kotak jaman
Terkurung tanpa sadar tertengadah jiwaku kesudut temaram
Oh jiwa …


Cinta
Cinta adalah jutaan duka nan merindu
Cinta adalah bayang-bayang abadi sebuah kegelisahan alam
Cinta adalah ukiran-ukiran damai sebuah kayu-kayu terpasung di kelamnya hidup
Cinta adalah kepasrahan ketika kau telah mencapai puncak sebuah hidup
Cinta adalah hakikat jiwa yang tak akan terpendar
Cinta adalah sesuatu yang tak semudah dan sesulit
yang coba digambarkan semua penyair dan seniman di seluruh galaksi
Cinta adalah putaran lembut sebuah roda-roda kekerasan nfsu
Cinta adalah sesuatu yang manusia tak mampu jelaskan
Cinta adalah kebanggaan milik tiap makhluk berakal budi
Cinta adalah tangisan setan yang telah terkutuk selamanya
karena lepasnya nurani dari jiwa-jiwa mereka
Cinta adalah kepak-kepak sayap keindahan pengabdian malaikat pada Rabnya
Cinta adalah keseimbangan hidup dan misteri jiwa
Cinta adalah keikhlasan dan kemurnian jiwa
Cinta adalah ketika aku mengenangmu
hanya kau yang memenuhi hatiku hanya kau yang kudamaikan
ketika setiap kata yang kuucapkan selalu mengingatkanku padamu
setiap hembus angin yang kudengar hanya bisik namamu
setiap kutatap birunya angkasa hanya terlukis wajahmu
Cinta adakah kemerduan suara tangis kelahiran dan kematian
Cinta adalah bayangan perpisahan dan pertemuan
Cinta adalah kebebasan bagi jiwa meski jasad erat terkurung
Cinta adalah milik-Nya dan petunjuk-Nya
yang tak semudah itu diberikan tanpa kehendak-Nya karena Cinta adalah Dia
Cinta adalah Allah Swt tanpa Cinta Iblis menangis
tanpa Cinta semua lenyap tanpa Cinta kurasakan mati
tanpa Cinta hanya kupikirkan duka
tanpa Cinta semua hanya mati dan mati
Cinta suatu kedamaian Cinta suatu anugerah-Nya Cinta …


Batu di tangan
Kucari gelap di keremangan senja itu
dan kutemukan aku menapaki jalan sepi lagi
kapan lalu aku menemui seorang gadis siluet dengan boneka kecilnya
menangis di sudut jalan air matanya berderaian menjadi darah
aku tersudut bersama tatap mataku
kiranya aku bisa membantunya namun kakiku membatu
di genggaman tangannya terkepal batu
matanya nyalang kearah tank-tank Israel itu
kemarin orang tuanya di tembak mati … tepat did ahi?!
batu … di tangannya …

Tidak ada komentar: