Jumat, 10 Oktober 2008

dont read 2


Dunia plastic
Terkadang dunia seperti permainan ular tangga --- ada saat bagi kita naik tangga, naik derajat setelah melempar dadu atau kita meluncur turun dari kepala ular alias turun derajat iman … mungkin hidup sendiri semacam peluang, seperti sisi mata uang yang ada gambar dan angka atau enam sisi mata dadu atau tak terhingga sisinya. Dalam permainan ular tangga itu semua orang pasti mencapai finis dengan mengantungi nilai masing-masing.
Finis adalah semcam pintu dimana semua manusia pasti membukanya karena tak mungkin manusia abadi, semua mengalami mati. Ada manusia-manusia tertentu yang tak menjalani urutan permainan, ia tak melempar dadu dan langsung terfokus menuju finis --- tanpa melewati proses tangga dan ular, merekalah para istimewa yang sudah tahu jalan-jalan dunia. Bagi manusia biasa yang tak mengikuti petunjuk semakin lama ia tak segera mencapai finis semakin banyak peluangnya untuk terus meluncur jatuh dari ular --- alias semakin banyak peluangnya menumpuk dosa.
Bagi manusia yang tahu bagaimana cara melewati dunia yang hanya cermin kias dan mimpi ini, ia bisa melalui dengan nilai tertinggi. Sesungguhnya dunia hanyalah tempat bagi manusia untuk bersenda gurau dan olok-olok belaka tapi kebanyakan dari kita tidak tahu dan terjebak pengertian kacau yang menyulitkan tentang dunia. Dunia tidaklah terlalu sulit dan rumit, ia semacam tempat belajar mencintai-Nya.
23-2-2003

DON’T READ
Aku diantara tawa dan tangis
Kiranya dukaku mulai menebar sekaerat jiwa akibat kerapuhan yang selama ini kutanam dalam gelimang asa dosaku aku terpuruk dalam rangkum senyummu dalam jerat tatapmu padaku pada diri nelangsaku mempermainkan ketegaranku untuk terus bertanya untuk terus bimbang. Aku dimana ketika mengenangmu diantara tawa dan tangis aku merasa sepi diantara takut dan berani aku merasa kosong diantara menolak dan mencarimu aku merasa membiarkan … Jalan mana yang harus kupilih saat aku kian menggila mendamba tatapmu mengharap senyummu apa semua kata dan filsafatmu hanya akan sama di telinag semua gadis apa hanya aku apa masih ada aku yang lain.
31-3-2003

Kau dibalik asa
Kukenang dirimu dibalik asa tak terperi hatiku atas segala tak restu mereka atas sosokmu, aku kian tertekan dalam gelisah rindu tanpa ujung termangu aku dalam kebimbangan atas pesona diri yang kian merajam termangu oleh segala gundah dan duka oleh segala pencapaian manusia. Aku mengenangkan segala kepalsuan dan kekosongan menangisi berjuta gelimang kebodohan dan kebencian ketika mendamba suaramu yang telah mengoyak tabir tipis keangkuhan diri terlambat sudah kukenang engkau dari sisi sepi dan kerinduan namun aku makin hitam oleh jelaga kemurungan dan rendah diri. Aku mengenang kerapuhan diri dan jiwa yang terbelenggu oleh penyakit dunia apa telah hilang duniawiku apa telah sirna ukhrowiku tidak karena itu ketika aku kelimpungan ketika kehilangan dirimu.
4-2003

Suaramu dari sudut
Kemarin aku masih melihatmu kemarin aku masih mendengar suaramu dari sudut dunia sekarang kau hanya bisa mengenangmu menginagtmu dan aku masih berkhayal tentangmu. Kenapa ketika mengenangmu dari jauh baru kusadari segala rasa tak menentu ini perasaan hampa yang tak pernah bisa kujelaskan namun sering kutulis dalam cerita-ceritaku tak mengerti diri pribadi ini oleh segala kebimbangan ini.
3-4-2003

Kau dan waktu
Dari hari pertama sampai kelima :
“ seseorang merasakan hancur … apakah cinta hanya menghancurkan? Tidak?! Aku yang terlalu melebihkan. Cinta tidak menghancurkan itu bukan cinta mungkin.”
Hari keenam : Aku masih mengenang dengan tangis tapi hanya macam penyesalan atas kebodohanku sendiri, melihat kepekaan yang diuji aku merasa sangat tolol tapi aku membiarkan proses itu, itu bagian hidupku. Aku memang harus menjalaninya.
Aku terlalu berlebihan dan terpengaruh cerita-cerita romantic. Aku merasa ditipu oleh angan dan bayangku sendiri, anggapanku tentang hal yang dulu telah nyata.
Aku dipermainkan, dibuang dan dihina oleh diriku sendiri bukan oleh siapapun tapi aku sendiri, si bodoh yang sok tahu ini. Aku tersenyum pahit Ya Allah alangkah kecil hamba ini di hadapan waktu. Aku terlalu terobsesi mungkin aku tak percaya lagi adanya belahan jiwa mungkin aku tak percaya lagi adanya pasangan jiwa semua itu hanya dicipta oleh bayanganku sendiri. Jika merasakan sakit dari mula aku tahan sakit. Percayalah aku bahwa akupun masih bisa jatuh cinta dan sakit hati.
Aku benar-benar jatuh, mungkin aku tak tahu apa yang menantiku didasar sana mngkin kehampaanku. Aku memang belum melangkah makin jauh tapi hatiku demikian sakit oleh anganku sendiri. Kadang aku ingin melupakan dan membiarkan saja semua itu.
Pernahkah kau berpikir saat kau mengenang seseorang tapi orang itu tak ingat siapa engkau? Apakah itu sebuah kekosongan? Tapi pernahkah kau berpikir saat kau berdzikir mengagungkan, mengenang Dia dan Dia mengingat dan mengenangmu lebih darimu.
Tuhan tanpa syarat mengingat dan mengenangmu tapi aku, manusia, hanya berpikir syaratnya yang sesuai untuk manusia lain. Percayakah aku bahwa ternyata aku masih mengenangkan orang yang tak pernah satu kalipun mengenangkan aku. Aku tersenyum.
Ada pengajaran apa yang hendak disampaikan-Nya untukku? Karena Tuhan member cinta pada manusia itu punya makna. Hadiah untukku mungkin sakit yang kurasa ini ada makna yang hendak diajarkan-Nya padaku agar aku mengerti hokum cinta menuju Cinta pada-Nya. Aku kadang ingin melupakan semua itu tapi kubiarkan. Aku merasa ini bagian dari proses hidupku. Alhamdulillah, Gusti masih menyayangiku dengan mengijinkanku merasa rasa cinta dan sakit ini. Ijinkan hamba terus mencintai-Mu.
21-3-2003

Banyak hati
Hari mempunyai jam. Jam mempunyai menit. Menit mempunyai detik. Halnya detik pun mempunyai setiap helaan napas dan denyut nadi maupun sorot cahaya. Telah kucoba kusangkal rasa dan tatap matanya menengadah hatiku ke arahnya dia yang menebar senyum semerbak yang menuntunku memasuki labirin panjang prasangka tanpa ujung. Terus kukenang ketakpastian itu. Bukan semerbak wanginya yang kupeluk namun jiwaku tertoreh oleh nada yang mendesak bertalu-talu di hati. Sebuah desakan jiwa akan sakit hatinya di masa lalu, akan rasa sakit tentang arti hakikat diri yang disembunyikannya dengan tawa semu. Pria yang pernah hatinya sama terlukanya denganku.
3 muharram 1424

Sebuah renungan kebodohan
Aku muak dengan segala hasrat tak nyata yang bersarang menjadi kesulitan dianganku. Angan telah menobatkan kau menjadi kekonyolan hidup. Aku memupuk kenangan masa lalu dan merajut hamparan asa masa kini serta memanjatkan khayal akan sahabat, kerabat, orang-orang terkasih. Kadang hidup tak menakutkan bayangan orang-orang meski sering aku terikat rutinitas bagai kuda tunggangan namun aku merangkumnya, merangkai semua ketololan itu menjdai kemarahan tanpa sebab dan aku memilih menjauh untuk memahami hakikatnya.
6-3-2003

Istigotsah
Aku benci pada keangkuhanku yang terus membelenggu otakku.
Kalimat sederhana meluncur dari mulut mereka dan aku menghakimi menjadi gelombang siklus alamiah makhluk. Aku beristigotsah hari ini, menenangkan prasangka yang menyamar sebagai penyamun di hatiku. Tiba-tiba rasa amarah menengelamkan diri ke samudera kebobrokan. Ketika Gus Mus membacakan arti Doa Akasah yang mengoyak pelan bagai gelombang megalir menyapa dan merajam segala kebekuan, kekakuan, kekerasan hati bergerak menyentuh, menjatuhkan helaian bening air mata. Kujangkau segala kepak sayap-sayap duniawi yang megah itu dengan kalam ukhrowi, belenggu rantai-rantai pada penghambaan lembar duit, setangkai cinta murahan, selapis status mulia, setangkup kekuasaan di tahta dunia. Semua itu mencair … Istigotsah hari ini luar biasa!
Gusti Allah, terimakasih mengijinkan hamba ikut dalam rangkaian doa dan dzikir memohon ampun serta mendoakan sesame umat Islam di Irak. Alhamdulillah.
9-3-2003
Sehelai daun di alam raya

Kritik duka untuk jiwa yang berfilsafat
Setitik filsafat kurenungi di segala hari telah menuai rejeki tanpa rencana memulai semuanya bagi putaran masa dan damba kerinduan pada Ilahi namun mata lahirku terpesona mata lahir makhluk-Nya. Menghunjam desah nuraniku segala makna tersentuh oleh suara jiwa sapanya menebar salam damai akan tatap mata pertamanya. Kenapa keberadaan tegarnya merajai kesendirian menghadang dia di mata lahirku. Alam bawah sadar menuai kritik duka akan rasa tak terperi hamba, Tuhan. Aku bertemu dia antara mata bertemu dan aku menundukkan jiwaku setiap sorot mata tajam itu menangkap jiwaku. Salam kembali terdengar lirih menghempas kalbu,
“ Assalammualaikum. “ untuk pertama kali hanya untuk jiwa rapuhku.
Hanya aku yang mendengar, kusangka hanya permainan jiwa. Aku terpana sekian lama kusadari segala makna sapa ramahnya. Aku hanya ingin kau menyapaku dengan kalam jiwa yang syahdu, yang mampu membelenggu nuraniku. Kenapa baru aku sadari keberadaan tegarnya akan hakikat diri dan jodoh jiwaku. Dia adalah inti dari segala kebimbangan dan jerit filsafat hatiku selama ini. Kesendirian tak lagi menghadang dia ada untuk kelemahan ukhrowiku. Dialah yang mengajariku bagaimana menyapa Ilahi kini dan selamanya. Hamba tak peduli masalah megahnya sabda dunia, itu hanya esensi kecil yang mampu dicaapi manusia. Hamba kian damai dan tenang saat jiwa kami menyepakati arti cinta pada-Nya.
“ Aku hanya ingin mengajakmu untuk mengenal-Nya.” Kalimat itu merasuki alam jiwa hamba. Hamba tak terlambat mengenalnya di dasar nurani.
Terimakasih Tuhan telah Kau ijinkan aku mengenali siapa jiwaku.
Siapa yang mengenali dirinya mengenali Tuhannya.
10-3-2003

Kebencian aku
Seolah aku manusia sempurna mengklaim pengkhianatan manusia atas jiwaku, dosa. Kutuding mereka dan perbedaannya. Renungan telah kucapai dan aku makin paham bahwa manusia terbuat dari tanah. Tanah adalah unsure alam mudah terbakar api amarah, jika aku marah, tanah terbakar api dan aku membiarkan tangan-tangan setan membekukku ssuai angannya. Aku hanya akan menjadi porselin hiasan dunia menjadi budak setan. Aku benci aku yang membenci manusia meski aku bukan pemerintah namun dengan membenci orang lain artinya aku telah memerintah orang lain agar menuruti kehendakku dan mengharap sifat maupun kemauan orang lain sama denganku. Aku benci aku yang memelihara benci dan ketololan.
13-3-2003

Renungan akibat
Terkadang ketakpahaman merasuki diri pribadiku. Aku menghakimi orang dengan kritik tajam dan aku tak merenungi kesalahan diri dengan untaian kesadaran.
Sering sebuah pikiran dan renungan hati memaksaku dengan tantangan makna hakikat. Kejahatan orang lain padaku adalah renungan agar aku tak menyakiti orang lain lagi. Jadi hidup adalah semacam keseimbangan, sebuah pencapaian hakikat.
Hidup adalah ibadah jika aku baik pada orang lain maka orang lain akan baik padaku tapi jika aku jahat pada mereka maka mereka akan berlaku jahat.
Aku merenung akan segala sifat anehku dimata orang-orang di sekelilingku sepertinya aku semacam filsafat kuno tentang hidup. Aku akan baik pada orang yang baik padaku kadang aku tergantung mereka. Aku tak punya pendirian kata mereka semua hanya karena mereka tak paham. Coba paham mereka bisa saja suka atau jengkel.
Apa mungkin aku terlalu menuntut orang lain dan terlalu sering membicarakan cermin keburukan orang lain. Aku telah menutupi sendir mata hatiku dengan kebencian.
13-3-2003

Renungan Cuti
Pahamlah aku arti setiap bulan sekali kaum hawa mendapat ‘cuti’ … mungkin agar aku merenung akan kesalahan dan instrospeksi diri karena Tuhan tak mungkin memberi sesuatu tanpa makna dan manfaat baik dari segi fisik atau batin tersirat, tersurat atau tersorot. Selain arti biologis fisik dan duniawi ternyata ada satu makna tersembunyi yang sangat luarbiasa. Maaf Gusti baru hamba sadari sekarang selama 7 hari ‘cuti’ kaum hawa tidak boleh menunaikan ibadah wajib dan sunah bukannya berteriak ‘bebas.’
Lho, sholat itu kan ibadah resmi sedang kebaikan hati, renungan dan dzikir adalah ibadah tak resmi padahal selama masa ‘cuti’ itu.
Aku punya tanggung jawab moral yaitu merenungi diri kita, cara ibadah resmi dengan merenunginya dalam ibadah tak resmi. Bukankah aku lebih sering menjalankan ibadah tak resmi daripada ibadah resmi. Dalam perenungan mungkin ibadah resmiku telah keluar jalur dari rohnya sholat dan hanya sekedar menunaikan kewajiban.
Aku lupa makna-makna kebaikan dan silaturahim hanya demi mengejar pahala surga dan memburu sebutan ahli sholat tapi aku lupa sesama padahal sholat … sujud tidak hanya dalam sholat ‘resmi’ tapi sujud itu di hati, jiwa. Hati dan jiwaku sujud pada Ilahi dalam setiap kesempatan di setiap tempat dimanapun kita bisa bersujud.
Jika aku membahas satu persatu makna-makna gerak sholat akan sangat banyak dan makin aku sadari alangkah berdosanya aku dan alangkah kurangnya sujudku.
Astagfirullah, apa tak amlu aku. Aku merasa sanagt rendah di hadapannya.
Gusti Allah, jika hamba mengetahui sejak awal tentang alangkah kecil hamba tentu hamba tak akan membenci dan menyalahkan orang lain.
13-3-2003

Sesuatu tentangmu
Kujelajah misteri hatinya namun kembali aku menemukan jiwaku pada satu hal memalukan akibat mataku menatap kerapuhannya. Aku menerjang seuntai mutiara kesedihannya ketika aku berjalan di depan kerinduannya. Apakah jiwaku marah apa aku menghujat jiwa yang telah meliputi diri pribadiku. Entah …
14-3-2003

Adzan
Dimanapun engkau berada jika kau mencintai Allah meski saat sholat wajib di sekitarmu tak terdengar suara adzan namun yakinlah bahwa Allah lah yang akan membimbingmu untuk mendenagrnya, karena Allah mencintaimu setiap saat dimanapun kau berada. Engkau akan mendenagr adzan yang terus terngiang di telinga dan hatimu. Meskipun kau berada di Mekah sekalipun tapi jika hatimu ditutup engkau tak akan pernah mendengar keindahan adzan di telingamu. Tapi … meski kau ada di benua Amerika yang penuh maksiat pun tapi jika hatimu dibukakan setiap saat kau akan terus mendengar gema adzan memanggilmu untuk beribadah kepada Allah swt yang juag sangat mencintai-Mu.
7-4-2003

Angin
Temaram angin membawa segala kerancuan ketika aku bertanya padanya
“ Apa angin ingin membawa cinta?”
ia berkata : “ Tak sanggup “
“Apa cinta demikian luar biasa?”
ia menjawab : ”ya”
aku semakin terdiam terdengar deru-deru angin tak kutemui segala kesombongan kenapa angin demikian suka menggenggam cinta apakah cinta yang menghidupkan angin dari siapa engkau mendapat cinta?
Jawabnya : “ Dari Allah …” dan ia terus bertiup.
13-4-2003

Tidak ada komentar: